Puluhan Wartawan Mingguan Gelar Aksi Demo |
Puluhan Wartawan Mingguan Gelar Aksi Demo |
MERDEKAPOST.COM, MAKASSAR - Andri Jufri (21), wartawan Kompas TV kontributor Gowa, Sulawesi Selatan, jadi korban pengeroyokan sekelompok pemuda geng motor di Jl Bandang, Makassar, Minggu (5/2/2012) malam. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 21.15 WITA.
Ilustrasi (Kompas.com logo) |
MERDEKAPOST.COM, Jakarta- Kans Partai Demokrat untuk menang dalam Pemilihan Umum 2014 diprediksi kecil, menyusul keterlibatan sejumlah kadernya dalam kasus korupsi. “Kalau Demokrat ke depan masih jadi bunker koruptor, tentu akan menurunkan integritas partai di mata pemilih,” kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, Ahad, 5 Februari 2012.
Parahnya, kata Ari, hingga kini tak terlihat ada upaya dari partai untuk menyelesaikan masalah itu. Jika itu yang terjadi, nasib Demokrat bisa saja seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menang telak di Pemilu 1999, tapi ambruk pada pemilu berikutnya.
Menurut Ari, seharusnya para petinggi partai berlambang Mercy itu melakukan perombakan internal secepatnya. Adapun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Demokrat dia beri saran memperbaiki tata kelola pemerintahan.
“Wajah Demokrat sekarang ini kan sebenarnya wajah semua partai, yang berpotensi koruptif jika punya otoritas besar,” ujar Ari. “Nah kalau Demokrat bisa mempelopori bersih-bersih kader bermasalah sejak sekarang, peluang di 2014 mungkin membaik.”
Demokrat kini memang tengah jadi sorotan, menyusul keterlibatan sejumlah kadernya dalam kasus korupsi yang ditangani KPK. Setelah bekas Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin ditetapkan sebagai tersangka kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, giliran Wakil Sekretaris Jenderal partai, Angelina Sondakh, ditetapkan sebagai tersangka kasus yang sama.
Adapun Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum dituding Nazar terlibat sejumlah proyek pemerintah. Di antaranya proyek pembangunan kompleks olahraga Hambalang, Sentul, dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Anas dituduh Nazar meraup miliaran rupiah dari dua proyek itu. (coe)
MERDEKAPOST.COM, Bogor - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengungkapkan tidak akan mencopot Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum partai sampai yang bersangkutan terbukti bersalah.
"Kami menunggu proses hukum yang berlangsung di KPK, asas praduga tidak bersalah," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 5 Februari 2012.
Berbaju batik biru, Yudhoyono pun mengingatkan agar siapa pun tetap memegang asas praduga tak bersalah. Menurut SBY, beberapa kali Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menyatakan tidak bersalah dan tidak terlibat dalam dugaan korupsi dan suap yang ditangani KPK. "Saya pegang teguh kata-kata itu, sampai KPK menyatakan sebaliknya," ujarnya.
Anas sebelumnya kerap diisukan akan dicopo, karena namanya sering disangkut-pautkan dengan korupsi Wisma Atlet bersama terdakwa M. Nazaruddin dan kader Partai Demokrat Angelina Sondakh yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan beberapa kader Demokrat pernah mengungkapkan terdapat empat calon nama pengganti Anas. Mereka adalah Sukarwo, Djoko Suyanto, Marzuki Alie, dan Andi Mallarangeng
"Sampai saat ini Ketua Umum masih menjalankan tugasnya, kecuali kalau KPK berkata lain," SBY menuturkan. Dalam kesempatan itu SBY juga mengungkapkan kepercayaannya terhadap KPK sebagai lembaga yang dapat menjanjikan terlaksananya penegakan hukum. "Saya percaya KPK dapat melakanakan tugasnya secara adil dan obyektif."
Jumpa pers yang dilakukan hari ini di Cikeas merupakan suatu bentuk komunikasi politik mengenai kisruh yang terjadi di Partai Demokrat belakangan ini. Sebelumnya ramai diperbincangkan adanya gerakan internal yang menimbulkan perpecahan di antara fraksi-fraksi partai. Fraksi yang menginginkan Anas turun dan tetap bertahan.
Adanya desakan-desakan internal partai, serta 9 deklarator pendiri, akhirnya membuat SBY perlu bicara. "Sebagai founding father saya akan turun tangan membenahi dan menyelamatkan Partai Demokrat." (coe)
MERDEKAPOST.COM, Bogor - Mimik muka Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tak banyak menyiratkan emosi terpendam. Kata-kata yang dikeluarkan pun diatur. Tetapi "Godfather" partai pemenang pemilu 2004 dan 2009 ini akhirnya mengakui ketidaksukaannya atas popularitas Demokrat yang melorot akibat beberapa kasus dugaan korupsi yang menyeret beberapa kadernya.
Apalagi setelah berbagai survei secara jelas memperlihatkan turun drastisnya popularitas dan kepercayaan masyarakat selama 8-12 bulan terakhir terhadap partai. Survei terakhir yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia menunjukkan penurunan elektabilitas partai Demokrat secara drastis.
Berbaju batik biru, duduk di tengah pendopo kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Susilo dengan suara bergetar menahan emosi pun menyatakan, "Saya tidak suka mengeluarkan kata-kata ini. Tetapi saya harus hadapi, jangan mengelak, jangan lari, jangan tiarap. Kebenaran adalah kebenaran, fakta adalah fakta," kata dia.
Lagi, ayah dari Agus Harimurti dan Edhie Baskoro pun menyambung lebih baik baginya mengakui situasi yang saat ini sedang menggoncang internal partai Demokrat. "Saya lebih baik mengakui sebagai realitas situasi yang dihadapi partai Demokrat. Ini fakta dan realitas," kata dia.
Pengakuan ini diharapkan Ketua Dewan Pembina menjadi jawaban beragam kegelisahan kader mengenai berkurangnya dukungan rakyat terhadap partai. SBY memerintahkan setiap kader tidak boleh pasif dan membiarkan popularitas turun begitu saja.
"Saya berharap ketua umum, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Kehormatan, Dewan Pembina dan seluruh di daerah melakukan penjelasan sebenar-benarnya. Jangan pasif, Jangan tiarap," kata dia.
Pun, para kader diingatkan tidak boleh mengambil sikap atau memberi penjelasan sembarangan. "(Harus) atas dasar fakta, atas dasar yang berlaku di KPK. Dengan demikian akan adil penilaian publik, penilaian rakyat kepada Partai Demokrat," kata dia.(Coe)
MERDEKAPOST.COM, YOGYAKARTA - Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai peran partai politik di masa mendatang sangat mungkin tergeser dengan gerakan politik di luar partai jika sudah tidak lagi mendapat kepercayaan masyarakat sebagai penyambung lidah.
»Itu sangat mungkin kalau kondisinya partai masih seperti sekarang, maaf, agak busuk,” kata Mahfud saat menjadi pembicara dalam sarasehan nasional Merawat NKRI di Jogjakarta Plaza Hotel hari Minggu kemaren.
Machfud mengungkapkan hal itu ketika bersanding dengan pembicara lain seperti Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang tengah disorot dengan sejumlah kasus korupsi terkait mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin. Sedangkan di sebelah Machfud juga ada Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir.
Kuatnya tren gerakan politik dalam mengusung ke dalam bentuk penguasa pemerintahan dapat terlihat saat ini seperti Wakil Presdien Boediono yang berasal dari kalangan non partai. »Jusuf Kalla pun dulu saat jadi wakil presiden kondisinya juga sedang dipecat dari Golkar,” kata dia.
Contoh lain misalnya terjadi pada Hasyim Muzadi dan Agum Gumelar yang saat pencalonan sedang tidak tercatat sebagai anggota partai.»Jadi PR besar sekarang adalah membenahi agar konstitusi yang dibangun dari infrastruktur partai sekarang semakin kuat dan dipercaya,” kata dia.
Dalam kesempatan itu Mahfud sempat menggapi pula adanya wacana pencalonan dirinya dari dari jalur perseorangan alias non partai. »Kalau memang mau jadi presiden, saya akan ambil langkah lain. Saya tahu kok peta politik, tapi biarkan saja itu mengalir,” kata dia.
Sementara dalam kesempatan Ketua Pelajar Islam Indonesia Soetrisno Bachir menuturkan organisasinya akan terus memperjuangkan calon presiden dari jalur perseorangan..»Kami masih akan perjuangkan calon dari non partai, karena itu belum diatur di perundangan ,” kata dia
Menurut Soetrisno jalur perseorangan ini bisa menjadi alternatif membuat perubahan nyata Indoenesia semakin baik mengingat banyak tokoh independen berkualitas saat ini yang tidak tergabung dalam partai.
Di sisi lain, Mahduf dalam diskusi itu menilai tokoh-tokoh independen yang selama ini memiliki kans kuat membangun gerakan politik yang mungkin lebih besar pengaruhnya dari pada pengaruh partai adalah seperti Dahlan Iskan dan Soetrisno Bachir.»Selama ini orang gerakan politik itu selalu punya semangat bagus, tapi kalau sudah masuk partai biasanya cepat ketularan penyakitnya,” kata dia. (coe)
MERDEKAPOST.COM, JAKARTA - Pilot Lion Air yang ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) rupanya sudah mengkonsumsi sabu sejak Jumat (3/2/2012) sore di kamarnya, hotel Garden Palace, Surabaya, Jawa Timur.
Pilot bernama Saiful Salam tersebut tidak menyangka dirinya sudah menjadi target petugas BNN.
Setelah mengkonsumsi barang haram tersebut pada Jumat sore, pada malam harinya Saiful bersama teman sesama pilot bermain kartu untuk menghilangkan penat.
Hingga dini hari, Saiful Salam ditemani tiga kawannya terus bermain kartu dibawah pengaruh sabu. “Ia ditangkap saat sedang bermain kartu bersama tiga temannya,” ucap Humas BNN, Sumirat Dwi Yanto, Sabtu (4/2/2012).
Rencananya Saiful pun akan mengkonsumsi sabu sisa sore yang dikonsumsinya. Padahal ia akan menerbangkan pesawat pukul 06.00 WIB tujuan Surabaya-Makassar-Balikpapan-Surabaya.
“Ia memakai sabunya sekitar sore, sebelum ditangkap,” ucap Sumirat. (coe)
MERDEKAPOST.COM, JAKARTA - Meski sudah ditegaskan oleh Presiden SBY bahwa Anas Urbaningrum belum akan dinonaktifkan dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat, namun Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul tetap pada pendiriannya menginginkan Anas mundur.
"Pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina memang harus bicara demikian. Saya dulu sudah bilang, secara kepartaian, pak SBY juga bilang, enggak mungkin ada KLB. Karena dalam aturan kami, untuk menonaktifkan seseorang itu dari dianya legowo menyatakan mundur. Karena itu saya katakan hanya Anas yang tahu. Pernyataan pak SBY serupa dengan yang saya katakan, jangan tiarap, harus ngomong dan hadapi. Karena kalau tidak nyatanya rating turun kan. Sekarang jadi 13 persen. Ini berbahaya, intinya sudah disampaikan pak SBY hadapi ini semua jangan diam," ujar Ruhut di gedung DPR, Jakarta, Senin(6/2/2012).
Menurut Ruhut, yang mestinya dilakukan Anas saat ini adalah harus kooperatif, kalau perlu. "Seperti yang dikatakan Pak SBY, masalah wisma atlet dan Hambalang ini kami seperti tersandera. Jadi kami mohon kepada KPK cepat proses dan saya bangga dengan pak SBY, siapapun kader KPK ada fakta bukti kami tak akan lindungi,"jelas Ruhut.
Pengacara gaek ini juga menambahkan Anas jangan hanya berdiam diri saja, sementara tudingan demi tudingan selalu saja dialamatkan kepada dirinya.
"Saya mohon apa yg diinstruksikan bapak, yang bijaksana dari Cikeas, yang terkait masalah korupsi, hadapi kalau tidak benar, yah caranya apa saja menghadapi. Apa yang aku lakukan ini, rasa sayang saya kepada partai," katanya. (Coe)