Semestinya Kota Sungai Penuh yang sebelumnya merupakan ibukota Kabupaten Kerinci, dan pernah menjadi pusat pemerintahan Kolonial Belanda pada masa Revolusi dan perjuangan fisik harus lebih maju karena sudah punya Pemerintahan sendiri dan menjadi daerah otonum yang luas wilayahnya hanya radius 5-7 Km ternyata sarana infra struktur jalan, irigasi, pendidikan, termasuk pembangunan di bidang kebudayaan jauh tertinggal dibandingkan dengan kabupaten tetangga yang usianya jauh lebih muda
Dalam Wawancara khususya dengan wartawan media ini Anggota Senior PWI Propinsi Jambi dan Wartawan Senior Harian Haluan Padang secara tegas dan blak blakkan mengemukakan, secara kasat mata kita dapat melihat baha pembangunan di Kota Sungai Penuh sejak menjadi daerah otonum terpisah dengan kabupaten induk bukannya semakin baik dan maju, malahan sebaliknya semakin memburuk dan tidak memiliki arah yang jelas.
Sejak 5 tahun terakhir tidak ada kemajuan yang berarti, yang terlihat hanya ada pembangunan jembatan kerinduan yang didanai dari dana APBN, dan itupun jauh jauhari direncanakan oleh para Bupati Kerinci dan para Penjabat Wali Kota Sungai Penuh, dan kehadiran jembatan ini juga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna jalan karena justru jalan yang dibangun dengan dana milyaran hanya dapat di lalui kenderaan roda dua, roda tiga dan roda empat sejenis avanza atau hanya dapat di lalui kenderaa setingkat kenderaa dinas Pejabat Kota Sungai Penuh.
Jika kita dan pemimpin Kota Sungai Penuh mau bicara jujur, coba tunjukkan mana saja program pembangunan infrastruktur yang dianggap berhasil, kondisi jalan dan irigasi termasuk infrastruktur ekonomi, pendidikan nyaris tidak terlihat perubahan yang significant, prestasi peserta didik jauh lebih buruk dari kondisi kondisi sebelumnya, jumlah alumini SMA Negeri I dan SLTA yang lain yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri di dalam Propinsi Jambi dan luar Propinsi Jambi bisa di hitung dengan jari, bahkan ratusan pejabat yang dianggap tidak sehaluan jumlah yang di non job kan semakin membengkak.
Infrastrukrur ekonomi seperti pasar tradisional Tanjung Bajure, Kincai Plaza dan pasar beringin jaya semakin tidak terurus, pedagang Kaki Lima tidak mendapat perhatian yang serius bahkan karena salah urus mereka dengan sesuka hati menggelar dagangan yang akibatya justru membuat Kota Sungai Penuh semakin sembrawut.
Celakanya lagi lantai tiga Kincai Plaza dibiarkan di alih fungsikan menjadi tempat hiburan malam yang dapat mengundang maksiat, penggunaan miras sejenis tuak semakin merajalela dan dengan bebas di konsumsi oleh anak anak muda yang nota bene adalah calon pemimpin dan generasi penerus bangsa.
saudara kita di Tanjung Rawang sampai saat ini tidak dapat menggarap lahan sawah secara optimal karena masalah banjir dan normalisasi Sungai Batang Merao tak pernah terselesaikan, bahkan ratusan Hektak sawah di kawasan Jembatan Kerinduan dan di kawasan jalan baru Cangking menuju Tanah Kampung hingga saat selalu terendam banjir disetiap musium tanam.
Jika kondisi dan kepemimpinan seperti ini terus dipelihara , dapat kita bayangkan apa jadinya Kota Sungai Penuh untuk jangka waktu 5- 10 tahun kedepan, dan jika para tokoh masyarakat, cendekiawan khususnya tokoh masyarakat dan pemangku adat di wilayah adat Depati Nan Bertujuh tetap melakukan pembiaran dan menutup mata dengan kondisi yang ada saat ini, maka yaqin dan percayalah bahwa Kota Sungai Penuh tidak lagi diperhitungkan oleh masyarakat di Propinsi Jambi.
Menjawab pertanyaan tentang solusi dan terapy yang tepat untuk memperbaiki dan membenahi Kota Sungai Penuh, Mantan Wartawan Senior itu menyebutkan hanya ada satu Kunci yakni Lawan ke zaliman dan bersatu dalam semangat dan tekat untuk merubah keadaan dari kondisi seperti saat ini menuju kondisi yang lebih baik, Masyarakat dan Pemangku Adat di Wilayah Adat Depati Nan Bertujuh harus kompak dan mencampakkan ego masing masing, jika para Tokoh tokoh/pemangku adat tidak segera bersatu, maka jangan salahkan jika masyarakat adat tidak lagi menghormati dan menghargai peran mereka sebagai sosok yang di gugu, ditiru oleh anak kemenakan”. Kata Nazarmi Nadimin. (tya)
0 Comments:
Posting Komentar