Salah satu geopark di Merangin |
Bangko - Beberapa waktu yang lalu wartawan media ini bersama Kepala Bidang Kebudayaan Dinasporabupar Kabupaten Merangin Zulefendi,MM,Staf Dinas Porabudpar Merangin Komiji,Mahasiswi STKS Bandung asal Merangin Nurul Anggraini Pratiwi mengunjungi dan bermalam di kawasan Geopark Merangin di Desa Air Batu.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Olah Raga Kabupaten Merangin Jangcik Mohza,S.Pd,M.Si dan Kepala Bidang Kebudayaan Zulefendi,S.Pd.MM, kepada wartawan media ini mengemuaka bahwa keberadaan Geopark Merangin telah mulai diekspos keluar sejak era tahun 1980 an, pada saat itu peneliti dari Perancis dan Bandung melakukan kunjungan observasi dan penelitian di sepanjang aliran Sungai Batang Merangin yang menjadi pusat inti Geopark, setelah itu kunjungan dan penelitian semakin sering dilakukan, terlebih setelah Bupati Merangin pada masa itu menjadikan kawasan ini sebagai pusat kegiatan arung jeram tingkat nasional, kunjungan mulai ramai dan berbagai pembenahan mulai dilakukan
Pada Masa Bupati Sarko kala itu di jabat oleh H.Rotani Yutaka,SH dilakukan penataan destinasi wisata, namun sayangnya kegiatan arung jeram yang digagas tidak berlansung secara rutine,belakangan Bupati Al.Haris,S.Sos kembali gencar mempromosikan Geopark Merangin, dan Gubernur Jambi.H.Hasan Basri Agus,MM juga memberikan apresiasi dan perhatian yang besar terhadap keberadaan Geopark Merangin
Menurut masyakat setempat saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk memelihara dan merawat Geopark semakin tinggi,masyarakat secara bersama sama menjaga warisan alam yang telah berusia Parem,pernah Suatu ketika, pernah masyarakat mencuri kayu di Desa Biuku Tanjung. Namun akhirnya diselesaikan dengan musyawarah, pernah pula salah satu perusahaan batu bara hendak masuk. Tetapi kehadiran perusahaan itu ditolak masyarakat, Syamsul Huda merupakan salah satu inisiator pertama yang membentuk kelompok relawan untuk berpatroli menjaga kawasan dan menyosialisasikan geopark. Bersama empat kawannya: Arfan, Frianzi, Badri, dan Andri pada 11 November 2011, Syamsul mendirikan Hampa. Yang perlu dijaga dan dilestarikan tak cuma fosil, melainkan juga satwa-satwa seperti burung, monyet, dan berbagai jenis flora.
Mulanya, Syamsul tergerak mendirikan organisasi tersebut, sedih melihat pemuda pengangguran di kampungnya yang doyan mabuk-mabukan. Ayah dua anak itu berusaha mengalihkan dengan kegiatan positif. Para pemuda dididik untuk peduli geopark. Syamsul dan kawan-kawan rutin patroli menjaga fosil kawasan, dari Air Batu hingga Muara Karing. “Paling tidak dua kali seminggu dengan jumlah personil 17 orang,” ujarnya.
Hampa juga memperbaiki trek-trek menuju fosil, membersihkan desa, menggerakkan ekonomi kreatif, dan mengolah minyak kepayang. “Ini merupakan kegiatan untuk menghidupi organisasi,” kata Syamsul. Masyarakat juga bisa mendapatkan penghasilan dari memandu wisatawan minimal seminggu sekali. Tamu-tamu yang datang umumnya dari dari pelajar dan mahasiswa. “Mereka ingin mengenal dekat geopark,” ujarnya. Terkadang juga datang dari orang-orang perusahaan.
Sejak 2 tahun terakhir tingkat kunjungan wisatawan dan penelitia semakin ramai, dan kunjungan ini secara tidak lansung berdampak pada denyut nadi ekonomi masyarakat, dan tak kalah pentingnya berbaga sarana infras struktur dari dan menuju Geopark semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Propinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Merangin
Jangcik Mohza,Spd. Menyebutkan secara keseluruhan Geopark Merangin Jambi total memiliki area seluas 20.360 kilometer persegi. Wilayah Geopark terbagi atas empat bagian: Paleobotani Park Merangin, Highland Park Kerinci, Geo-Cultural Park Sarolangun, dan Godwana Park Pegunungan Bukit Tiga Puluh (Tanjungjabung Barat). Paleobotani Park Merangin terbagi dalam tiga zona pula. Yaitu, zona tangkapan (gerbang utama) di kawasan Kota Bangko, zona inti geoconservation, bioconservation, cultural conservation, dan ketiga zona penyangga, yaitu daerah sepanjang daerah aliran sungai (DAS).
Luas Paleobotani Park Merangin 1.551 kilometer persegi yang terbagi dalam dua zona. Zona pertama disebut dengan geoconservation. Ada dua blok, yaitu kawasan Jambi Flora yang meliputi Desa Air Batu hingga Desa Biuku Tanjung serta kawasan Kars Sengayau di Sungai Manau serta Kars Jangkat. Kars Sengayau meliputi 13 gua yang pernah ditempuh oleh masyarakat setempat selama 12 hari. Zona kedua disebut bioconservation, yaitu kawasan hutan lindung dan hutan adat yang ada di Merangin. Salah satunya hutan adat Guguk di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap. Hutan Guguk luasnya sekitar 690 hektare.
Menjawab pertanyaan Jangcik Mohza,M.Si yang juga mantan aktifis HMI dan Ketua DPD Sarko menyebutkan geoparkMerangin bisa menjadi ladang riset utama para geolog dunia dalam mempelajari evolusi bumi. Cukup banyak peninggalan fosil kayu dan tumbuhan serta kerang-kerangan di Merangin membatu akibat endapan lava dan abu vulkanik gunung purba.
Data dari Geologi menyebutkan bahwa di sepanjang Sungai Batang Merangin dan Sungai Mengkarang banyak tersebar Fosil Fosil yang sudah membatu dan berusia 300 Juta tahun lebuh ,sebagian besar masih banyak yang tertimbun di dalam tanah dan di dasar Sungai , Potensi kekayaan geologis geoparkMerangin lebih tinggi ketimbang geopark di China dan Amerika Serikat. Karena masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang relatif masih terjaga.
Jangcik Mohza,Msi menyebutka saat ini Tim dari Unesco tengah melakukan penelitian dan pengumpulan data ,dan insya Allah pada tahun 2016 mendatang Kawasan Geopark Merangin akan di akui sebagai warisan dunia dan menjadi anggota CGN UNESCO
“Kini, tim kerja masih terus menyiapkan dokumen usulan, dan memberikan laporan keadaan Geopark Merangin Jambi. Ada banyak pekerjaan yang terus intensif dilakukan. Antara lain berpromosi dan berkoordinasi dengan GGN UNESCO. Pada bulan November 2014 yang lalu telah di gelar Kejuaraan Nasional Arung Jeram untuk keempat kalinya.
Ditempat terpisah Zulefendi,MM Menjawab pertanyaan mengemukan bahwa Pemerintah Daerah saat ini tengah mempersiapkan sarana prasarana Infrastruktur berupa pembangunan Jembatan Gantung,pembangunan Gazebo,jalan setapak,Gapura dan sarana parkir, selain itu juga dilaksanakan pelatigan guide, resque dan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.
Hampir setiap kunjugan wisatawan selalu dilaksanakan Rafting, dan ini salah satu yang menjadi daya tarik bagi wisman dan wisnu”Kata Zulfendi,S.Pd,MM)
Oleh :Aditya Maha Putra,S.Pd. dan Budhi VJ Rio Temenggung