Ngibengk Sambe dan Nilai Kebersamaannya

NGIBENGK SAMBE
Oleh:
Nia Emilda

 

Ngibengk Sambe merupakan aktivitas makan bersama yang dilakukan oleh dua orang anak atau lebih dengan membawa bekal dari rumah masing-masing.

Aktivitas Ngibengk Sambe ini biasanya dilakukan oleh anak-anak setelah pulang sekolah, dengan melakukan Sleng Tundo (saling menemani) pulang terlebih dahulu, mengganti pakaian, serta mengambil bekal dari rumah.

Menu Ngibengk Sambe sangat variatif disesuaikan dengan kesediaan makanan di rumah, jika tidak ada pelengkap nasi yang bisa dibawa oleh anak, maka anak biasanya cukup membawa nasi putih dan membeli satu kemasan kecil kripingk pdeh Bale Stau (Keripik Pedas yang biasanya dijual di Pasar Sabtu), yang waktu itu (sekitar tahun 1994-1998) harganya Rp. 50 (Lima puluh rupiah), dan sekarang harganya kira-kira Rp. 500 (Lima ratus rupiah) per kemasan kecilnya.

Tempat Ngibengk Sambe ditentukan beberapa waktu sebelum Ngibengk Sambe dilakukan, biasanya, bergiliran rumah, atau anak-anak sudah memiliki tempat favorit. Bisa dikatakan unik, karena tempat favorit anak-anak ialah di dahan pohon, yang mereka sebut dengan Parante atau Pante-pante yang mereka anggap aman dan nyaman menopang mereka untuk melakukan aktivitas Ngibengk Sambe di atasnya. 


Setiap anak memiliki parante atau pante-pante masing-masing, jika ada anak yang ingin menempati parante atau pante-pante anak yang lain, maka anak tersebut harus izin terlebih dahulu. Jika tidak ada dahan pohon (parante atau pante-pante) yang bisa mereka jadikan tempat Ngibenkg Sambe, mereka akan mendirikan tenda kecil nan sederhana, dengan mengikatkan beberapa helai kain sebagai dinding dan atap pada beberapa batang kayu atau bambu. Jika kesulitan mencari batang kayu atau bambu, maka mereka akan menyusun beberapa kursi, dan sandaran kursi dijadikan sebagai tempat mengikatkan kain (anak-anak selalu punya akal untuk menyulap sesuatu menjadi tempat Ngibengk Sambe).

Selama aktivitas Ngibengk Sambe berlangsung, tidak jarang setiap anak saling berbagi atau bertukar menu makanan, dengan candaan yang hadir mengiringi menghabiskan bekal mereka. Setelah menghabiskan bekal makanan, anak-anak tidak langsung pulang, mereka melanjutkan dengan acara obrolan tentang apapun, sekali lagi, tentang apapun, yang tentunya sering melahirkan ide-ide segar dari obrolan tersebut, atau mereka akan melanjutkan dengan melakukan permainan yang mereka senangi sampai waktu pulang mereka tiba. 


Waktu pulang anak-anak setelah Ngibengk Sambe sudah disepakati antara mereka dan orangtua mereka, sehingga para orangtua tidak perlu khawatir, karena anak-anak biasanya menepati kesepakatan yang terlebih dahulu dibuat.

Banyak nilai yang bisa diambil dari aktivitas Ngibengk Sambe, di antaranya: 

  1. Nilai kebersamaan
  2. Saling berbagi
  3. Melahirkan ide
  4. Mengembangkan kemampuan kinestetik ketika membuat tempat Ngibengk Sambe ataupun ketika melakukan permainan
  5. Kedisiplinan waktu yang telah mereka sepakati.

Meski banyak nilai yang bisa diambil, namun aktivitas Ngibengk Sambe ini mulai tidak dilakukan lagi, atau bahkan tidak dikenal oleh anak-anak sekarang. Revitalisasi budaya positif dari Ngibengk Sambe dirasa perlu dilakukan, untuk mengenalkan kembali budaya kebersamaan anak-anak melalui hal-hal yang mungkin dianggap sederhana, makan bersama atau Ngibengk Sambe.


(Nia - Tulisan ini didedikasikan untuk semua teman kecil yang pernah Ngibengk Sambe bersama)


)**Sampai tulisan ini dibuat, saya masih mencari kata dasar Ngibengk Sambe = Ngibengk, ngibungk, ngiboungk
 

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar





Berita Terpopuler

Copyright © MERDEKAPOST.COM. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs