Wis Wayahe Kaum Santri dan Pesantren Menjemput Amin


Wis Wayahe Kaum Santri dan Pesantren Menjemput Amin

Oleh: Dr. H.C. Ubaydillah Anwar

POLITIK ciuman maut (kiss of death) harus diakhiri di pesantren. Selama ini, ribuan pesantren dan ratusan ribu hingga jutaan alumninya berhasil dibius agar tidak terjun di politik. Alasannya, politik itu kotor yang tidak cocok untuk pesantren dan santri yang telah susah payah mensucikan diri. Satu sisi dikasih ciuman, tapi pada saat bersamaan dibunuh

Jumlah pesantren yang aktif berpolitik (ikut merebut kekuasaan) di negeri ini sangat sedikit. Pesantren yang berpolitik secara halus (strategik) juga sedikit. Mereka berpolitik dengan cara berkonsentrasi mendidik generasi. Sisanya, dan ini yang paling banyak, pesantren dan santri yang bersikap reseptif dan akomodatif untuk menghomati tamu atau hubungan kemanusiaan semata.

Sekarang, saatnya kaum santri dan pesantren menjemput perubahan zaman dengan cara yang berbeda. Hari ini, politik adalah ruang di mana manajemen pembangunan dikelola secara optimal. Kekuasaan politik memegang saham pembangunan yang paling banyak dan paling menentukan. Politik adalah power.

Karena politik ciuman maut berhasil menjauhkan santri dan pesantren dari politik, maka ini berkonsekuensi panjang. Terbukti, meski tokoh-tokoh pesantren punya andil besar dalam kemerdekaan Indonesia, tetapi partisipasi dan intervensinya terhadap pembangunan Indonesia sangat kecil. Bahkan hampir 70 tahun ijazah pesantren tidak diakui oleh pemerintah yang mereka merdekakan dari penjajahan. Ini bukan karena apa-apa selain karena power politik.

Kini, jalan bagi santri dan pesantren untuk ikut berpartisipasi dan intervensi pembangunan telah terbuka lebar. Pilihan di tangan Anda. Jangan sampai politik kita dikuasi oleh para pemburu rente pembangunan, tapi yang bisa Anda lakukan hanya mengecam.

Alasan Kenapa Harus Menjemput AMIN 

Pasangan Amin (Anies dan Imin) menjadi pasangan yang memiliki sejuta kelayakan dan alasan untuk dipilih oleh masyarakat pesantren dan kaum santri. Pasangan AMIN memiliki akar masa lalu yang panjang dengan pesantren, aktif memperjuangkan kepentingan pesantren pada hari ini, dan keduanya sangat tepat menjadi model santri masa depan.

Cak Imin lahir di keluarga Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang. Abahnya adalah pengasuh pesantren dan ibunya adalah putri tokoh pendiri NU KH. Bisri Syansuri. Sejak kecil, materi dan pendidikan pesantren telah dilahap di meja makan keluarga. 

Pelajaran pesantren seperti Imrithi, Fathul Qarib maupun Alfiyah sudah dipelajarinya sejak main bola yang tanpa sepatu. Tak terkecuali dengan buku-buku pemikiran tokoh dunia yang didapat dari kamar sang paman, yaitu Gus Dur. 

Sepertinya, Cak Imin ingin mencontoh tokoh-tokoh nasional dari Jombang seperti Cak Nur (Prof. Dr. Nurcholish Majid), Cak Nun (Emha Ainun Najib), Cak Fuad, atau yang lain. Setelah selesai menjalani pendidikan pesantren di daerahnya yang beraliran tradisional, mereka melanjutkan ke Pondok Modern Gontor. Cak Imin pun melakukan itu. Meski tidak krasan di Gontor, tapi Cak Imin masih mengingat dengan baik bagaimana santri di Gontor didisiplinkan dengan lonceng/jaros.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dipimpinnya sejak 2005 adalah partai yang proaktif melahirkan banyak hal demi pesantren sebagai lanjutan dari perjuangan Gus Dur. Maka lahirlah Undang-Undang Pesantren. Inilah kado PKB untuk pesantren dan pendidikan Islam.  Cak Imin adalah  pimpinan partai yang memiliki hubungan sangat mengakar, sangat dialogis, dan sangat murni (genuine) dengan para kiai, baik di Jawa maupun di luar Jawa. 

Anies Baswedan adalah tokoh intelektual muslim modern yang terdepan hari ini. Lahir dari keluarga pejuang Nasional (AR. Baswedan) sekaligus akademisi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai spirit untuk berperan dalam pembangunan melalui pendidikan. Ayahnya, Rasyid Baswedan pernah menjabat sebagai Wakil Rektor di Universitas Islam Indonesia (UII). Ibunya, Prof. Aliyah Rashid adalah Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta.

Hubungan Anies dengan dunia pesantren meski tidak semengakar Cak Imin, tetapi network dengan pesantren, pemikiran tokoh-tokoh pesantren, dan idom-idiom pesantren sangat lekat dengan kiprahnya sejak muda. Di usia SMP, Anies pernah nyantri di Pabelan, Jawa Tengah, di KH. Hamam Ja’far.

Sebelum menjadi Gubernur DKI, Anies Baswedan adalah Rektor di Universitas Paramadina yang didirikan oleh Cak Nur, yang tak lain adalah tokoh Indonesia dari pesantren. Paramadina adalah miniatur pemikiran Cak Nur yang mengangkat keindonesiaan, keislaman, dan kemodernan. 

Kini, pesantren dan santri punya dua pilihan di depan mata: mau menjadi orang mukmin yang lemah atau mukmin yang kuat di politik. 

Modal menjadi mukmin yang kuat adalah merebut peluang pembangunan Indonesia, memperkuat tauhid kepada Allah SWT, produktif mengisi hari-hari, dan menolak menjadi pengkhayal yang memperjuangkan omongan kosong. 

Sedangkan modal untuk menjadi mukmin yang lemah cukup gampang (meskipun baik juga): diam, masa bodoh, meladeni ghibah politik,  atau menjadi buzzer di group WA tanpa bayaran.

Semoga bermanfaat. (*)

*) Penulis adalah Direktur Sekolah Pendidikan Politik Bina Insan Mulia

Warga Makassar Sebut Lautan Manusia Sambut AMIN: Pertama Kali Massa Sebesar Ini

Lautan massa tumpah ruah mengikuti Jalan Gembira bersama Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di kawasan Monumen Mandala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (24/9/2023).  Foto: Dok. Istimewa

MAKASSAR - Kesaksian warga Makassar yang kini berusia lebih dari 75 tahun, Abdul Madjid Sallatu, mengatakan sebelumnya belum pernah massa berkumpul sebanyak itu di Kota Daeng tersebut.

"Kalau yang seperti tadi kayaknya baru pertama kali terjadi. Diperkirakan di atas 1 juta orang yang hadir," katanya.

Lautan massa tumpah ruah mengikuti Jalan Gembira bersama Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di kawasan Monumen Mandala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (24/9/2023).  Foto: Dok. Istimewa

Pensiunan dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) ini tadi pagi juga sempat datang ke lokasi. Namun, dia langsung pulang karena melihat begitu banyak massa yang berdatangan.

"Saya memang terlambat. Jam enam lewat sedikit baru ke sana. Saat hendak mencapai dekat-dekat monumen, saya enggak mampu. Jadi saya balik. Saya takut sesak napas. Bisa pingsan saya melihat orang banyak begitu," ucap mantan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Unhas ini.

Berjarak sekitar 500 meter dari kediamannya, istrinya juga sebenarnya sudah mencegahnya hadir ke acara tersebut. Namun dia bersikeras tetap berangkat untuk memberikan dukungan kepada pasangan AMIN.

Lautan massa tumpah ruah mengikuti Jalan Gembira bersama Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di kawasan Monumen Mandala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (24/9/2023).  Foto: Dok. Istimewa

"Istri saya sebenarnya sudah tidak izinkan. Jadi saya dikasih pengawal security untuk jaga saya. Kebetulan di rumah ada security. Saya diantar naik mobil," ungkapnya.

Massa menyambut kedatangan pasangan bacapres dan bacawapres Anies-Gus Imin (Amin) dalam meramaikan jalan gembira di kawasan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Kota Makassar, Minggu (24/9/2023). Foto: Dok. Istimewa

Dia melihat betapa antusiasnya masyarakat. Tidak hanya dirinya, banyak warga yang juga sudah sepuh bahkan dari kaum perempuan juga ikut Jalan Gembira bersama capres-cawapres dari Koalisi Perubahan itu.

"Coba bayangkan, di tempat saya lewat itu ada ibu-ibu tua sampai bawa bekal. Dia buka boksnya. Artinya mereka sejak subuh sudah di situ. Saya betul-betul terperangah," ungkap begawan ekonomi yang masih produktif menulis ini.

Pulang ke rumah karena tidak sanggup untuk melanjutkan ikut Jalan Gembira, dia lalu mengikuti jalannya kegiatan tersebut lewat media, termasuk lewat Whatsapp.

"Semua orang menyebarkan informasi banyaknya massa yang hadir. Saya cek di kampus begitu juga. Mahasiswa membeludak," tandas Bapak Madjid, demikian sapaan akrab oleh rekan dan murid-muridnya.

Melihat massa yang datang begitu banyak, dia yakin Anies-Muhaimin akan menang di Sulawesi Selatan. (ADZ).

Akar Rumput Nahdliyin Mulai Bergerak Dukung Anies-Cak Imin, 'sami'na wa athona'?

Periset di Center for Social Policy Surabaya, Jawa Timur, Rosdiansyah (kanan). (Foto: Istimewa)

Merdekapost, Jakarta - Periset di Center for Social Policy Surabaya, Jawa Timur, Rosdiansyah mengatakan hasil risetnya selama ini sejalan dengan temuan survei Politika Research and Consulting (PRC) yang baru dirilis Minggu (17/9). Survei PRC menyebut elektabilitas Anies Baswedan di Jawa Timur meningkat pada September 2023 usai mendeklarasikan cawapres Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar.

Diketahui, elektabilitas Anies naik menjadi 18,3 persen dibandingkan posisi April 2023 yang hanya sebesar 14 persen. Sebaliknya, elektabilitas Prabowo Subianto merosot dari 40,5 persen per April 2023 menjadi 32,3 persen pada September 2023. Penurunan yang sama juga terjadi pada Ganjar Pranowo, dari 40,8 persen (April 2023) menjadi 40,4 persen (September 2023).

Selain itu, dalam waktu seminggu usai deklarasi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), sebanyak 22,4% pemilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) diketahui mulai bermigrasi ke Anies.

"Itu benar. Pengamatan saya di lapangan, akar rumput, grass root, terjadi eksodus massa nahdliyin setelah deklarasi AMIN. Deklarasi AMIN di Surabaya bagi warga nahdliyin yang secara emosional, PKB sebagai penampung aspirasi politik warga nahdliyin dilihat setelah menentukan mitra koalisi dan pasangan untuk pilpres 2024," ujar Rosdiansyah dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).

Baca juga:

Gus Yahya: Saya Termasuk Pendiri PKB, Tapi Sebagai Ketum PBNU Tak Boleh Seret NU

Projo Bantah Sudah Nyatakan Dukungan ke Ganjar

Ia mengatakan dukungan ini terlihat dari fakta lapangan, seperti terjadi di Kediri, Blitar, serta daerah Tapal Kuda dan sebagian daerah Mataraman yang banyak pondok pesantrennya.

"Mereka melihat satu-satunya aspirasi warga nahdliyin secara politik itu adalah PKB dan Gus Muhaimin yang kini telah berpasangan dengan Anies," tutur Rosdiansyah.

"Nah, warga nahdliyin di akar rumput, terutama pedesaan ini, akan samina wa athona, kami dengar dan patuh. Pengamatan saya di akar rumput nahdliyin Jawa Timur persis seperti temuan survei ini," imbuhnya.

Rosdiansyah menilai nama Gus Muhaimin hingga kini masih bergaung kuat di Jawa Timur. Menurutnya, Muhaimin memiliki karisma karena dianggap melakukan pengorganisasian, terutama berkoordinasi dengan kepala-kepala daerah yang berasal dari PKB, seperti di Sidoarjo, Gresik, hingga Bojonegoro.

"Kita tahu Bupati Gresik dan Sidoarjo itu menantu dan anak dari Gus Ali, Pondok Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo yang telah tegas memberikan dukungan kepada Muhaimin," ujarnya.

Baca juga:

Elektabilitas AMIN Melonjak, Pengamat: Itu Berkat Sosok Kuat Cak Imin, yang Diidolai Pemilih PKB

Demokrat Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Mempercepat Kristalisasi Peta Politik

Ia menambahkan pasca deklarasi AMIN, PKB di Jatim telah melakukan konsolidasi hingga ke grass root.

"Digarisbawahi ini, konsolidasinya hingga ke akar rumput, ke desa-desa di Jatim yang selama ini menjadi basis kekuatan PKB sebagai partainya kaum nahdliyin. Jadi setelah PKB dan Cak Imin ke Koalisi Perubahan, akar rumput nahdliyin di desa-desa di Jatim ini akan sami'na wa atho'na. Itu realita di Jatim. Kalau saya perhatikan, nahdliyin di Jatim memang kini berbondong-bondong ke AMIN," terangnya.

Tidak hanya mendukung AMIN secara pasif, Rosdiansyah mengatakan golongan akar rumput ini aktif mengkoordinasikan saksi pendukung AMIN hingga ke desa-desa di Jatim.

"Di Jatim ini, meski terdapat empat budaya besar yang berbeda, yakni Pandalungan atau Tapal Kuda, Arek, Mataraman, dan Madura, tetapi ada satu hal yang dipegang, yakni sami'na wa atho'na. Kalau wadah aspirasi politik mereka sudah menentukan, mereka akan mengikuti. Itu budaya warga nahdliyin di desa-desa di Jatim," pungkasnya.

Sebagai informasi, survei PRC dilakukan kepada 1.200 total responden di Jawa Timur dengan response rate 100%. Adapun margin of error dari survei sebesar 2,7 persen. Dalam survei ini, responden yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab naik dari 4,8 persen menjadi 9 persen.

Sumber: detik.com | Editor: Aldie Prasetya

Elektabilitas AMIN Melonjak, Pengamat: Itu Berkat Sosok Kuat Cak Imin, yang Diidolai Pemilih PKB

Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menyatakan kehadiran Muhaimin Iskandar menjadi cawapres Anies Baswedan luar biasa, karena bisa mendongkrak elektabilitas pasangan AMIN. 

JAKARTA, Merdekapost.com - Peningkatan elektabilitas Anies Baswedan dari hasil survei Politika Research & Consulting (PRC) menunjukkan bahwa apsirasi basis pemilih loyal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sangat kuat dengan tampilnya Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan.

Ahmad Khoirul Umam, pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indostrategic, menjelaskan bahwa peningkatan elektabilitas Anies dari 14 persen (April 2023) menjadi 18,3 persen (September 2023) tidak lepas dari kuatnya sosok Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar yang diikuti oleh aspirasi basis pemilih loyal PKB.

Baca Juga: Demokrat Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Mempercepat Kristalisasi Peta Politik

"Hasil survei PRC mengindikasikan kuatnya aspirasi basis pemilih loyal PKB atas tampilnya Cak Imin sebagai bakal cawapres," ujarnya.

"Hal ini bisa menjadi amunisi politik untuk mengonsolidasikan basis pemilih loyal PKB," imbuhnya.

Menurut Umam, pada saat yang sama, perubahan cepat arah koalisi PKB juga telah diantisipasi oleh mesin politiknya untuk menyosialisasikan pasangan bakal capres-cawapres, Anies-Cak Imin (AMIN) pascadeklarasi pada 2 September 2023.

Baca juga: Projo Bantah Sudah Nyatakan Dukungan ke Ganjar

Berdasarkan hasil survei Politika Research & Consulting (PRC) terhadap 1.200 responden di Jawa Timur yang dilakukan pada 8-12 September 2023, elektabilitas Anies Baswedan naik sekitar 4,3 persen, dari 14,0 %  pada April 2023 meningkat menjadi 18,3 %  pada September 2023. Selain itu, sekitar 33,7 %  pemilih di Jatim menyatakan masih mungkin berubah pilihannya terhadap bakal capres.

Tak hanya elektabilitas, hasil survei PRC juga menunjukkan bahwa popularitas Anies Baswedan di Jatim naik dari 80,4 %  pada April 2023 menjadi 82,0 %  pada September 2023. Lagi-lagi peningkatan ini hanya terjadi dalam waktu 7 hari sejak deklarasi pasangan Anies - Cak Imin.

Pasangan Bacapres dan Bacapres AMIN (Anies-Muhaimin)

SUMBER : TRIBUN.COM | Editor: Aldie Prasetya

Demokrat Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Mempercepat Kristalisasi Peta Politik

Bacawapres Gus Muhaimin ucapkan selamat bergabungnya Partai Demokrat ke kubu Prabowo Subianto. Menurutnya itu makin memperjelas kristalisasi peta politik di Pilpres 2024.(ist) 

JAKARTA, MERDEKAPOST.COM - Bakal calon wakil presiden (bacawapres) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengucapkan selamat atas bergabungnya Partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Diketahui, KIM merupakan koalisi parpol yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2024 mendatang.

Cak Imin yang merupakan Ketua Umum PKB sekaligus bakal cawapres pendamping Anies Baswedan mengatakan bergabungnya Demokrat ke koalisi Partai Gerindra, Golkar dan PAN, akan semakin memperjelas peta politik yang ada.

"Selamat kepada KIM, sehingga semakin mengokohkan barisan tambahan, kami semakin mempercepat kristalisasi peta politik yang ada. Ya, tentu menyambut dan menghormati pilihan Demokrat sebagai pilihan untuk kepentingan yang sudah mereka hitung sendiri," ucap Cak Imin kepada awak media dikutip, Selasa (19/9/2023).

Pasangan duet dari Anies Baswedan di Pilpres 2024 ini juga menghormati keputusan Partai Demokrat tersebut.

Bacapres-Bacawapres Anies-Muhaimin (doc/pkb)

"Tentu menyambut dan menghormati pilihan Demokrat sebagai pilihan untuk kepentingan yang sudah mereka hitung sendiri," jelas dia.

 Baca juga: Pernah Janjikan BBM Gratis Jika Terpilih, Saat Ini Cak Imin Bantah “Ini Sesusatu yang Tidak Mungkin”

Sebelumnya diketahui, Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat telah menetapkan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) untuk pilpres 2024 mendatang.

Dukungan itu ditandai dengan datangnya Ketua MTP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke kediaman Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/9/2023) sore.

Setelah adanya keputusan sikap tersebut, Ketua Umum Partai Demokrat AHY kini memberikan mandat kepada Prabowo untuk menjalankan agenda perubahan dan perbaikan sebagaimana yang dikedepankan oleh pihaknya.

"Pada kesempatan itu, Ketum AHY juga menitipkan agenda perubahan dan perbaikan yang diusung Partai Demokrat," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Demokrat, Teuku Riefky Harsya dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/9/2023).

Adapun mandat itu berkaitan dengan pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kata Riefky, AHY meminta agar segala sesuatu yang sudah dibangun dengan baik di pemerintahan saat ini untuk dilanjutkan.

Sementara yang belum baik, untuk dapat diperbaiki.

"Yang sudah baik dilanjutkan, yang belum baik diperbaiki," jelas dia. (*)


Sumber : Tribun.com | Editor: Aldie Prasetya

Soal Cak Imin Diperiksa KPK, Said Aqil : Anak SD Juga Paham

Mantan Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj (Ist)

Jakarta, merdekapost.com - Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin diperiksa KPK sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi sistem proteksi TKI di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) pada 2012. Apa tanggapan mantan Ketum PBNU Said Aqil Siradj soal pemeriksaan Cak Imin?

"Anak SD juga paham, anak SD paham," kata Said Aqil kepada wartawan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/9/2023). Said Aqil menjawab apakah kasus Cak Imin terkait dugaan korupsi Kemnakertrans tahun 2012 yang mencuat menjelang pilpres merupakan politisasi hukum.

Said Aqil mempertanyakan mengapa pengusutan kasus itu baru dilakukan, kenapa tidak sejak dulu. "Oh ya iya dong. Kenapa sekarang? Kenapa nggak dari kemarin-kemarin? (diusutnya)," ujarnya.

Cak Imin Diperiksa KPK

Cak Imin telah memenuhi panggilan pemeriksaan yang dilayangkan KPK kemarin. Dia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi sistem proteksi TKI di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) pada 2012.

Cak Imin diperiksa hampir 5 jam. Dia datang sekitar pukul 09.50 dan keluar pukul 15.05 WIB.

Wakil Ketua DPR RI ini tak menjelaskan detail materi pemeriksaannya. Dia hanya mengatakan mendukung dan membantu KPK.

Baca Juga: Kronologi Terbongkarnya Duet Anies-Cak Imin, Peta Pilpres 2024 Berubah 

"Hari ini saya membantu KPK untuk menuntaskan penyelesaian kasus korupsi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2012. Dalam hal ini ada program perlindungan TKI di luar negeri, proteksi sistem perlindungan TKI di luar negeri," jelasnya.

"Semoga KPK bisa cepat dan tuntas tangani kasus korupsi. Saya dukung penuntasan kasus korupsi," sambung Cak Imin.(adz)

Soal Pengumuman Cawapres, Ini Jawaban Anies

Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyinggung bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pilpres 2024 mendatang. (doc/ist)

Jakarta, Merdekapostcom - Bakal calon presiden (Bacapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyinggung soal bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pilpres 2024 mendatang.

Dia mengaku akan mengumumkan calon wakil presiden ini ketika waktunya memang sudah tiba. Hal ini diungkap Anies setelah melakukan pertemuan dengan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Salim Segaf Al-Jufri di daerah Pejaten, Jakarta Selatan.

"Nanti, itu nanti saat waktunya sudah tiba," kata Anies saat ditanya wartawan perihal pendampingnya di Pilpres, Sabtu (26/8).

Hal sama juga diungkap oleh Salim Segaf yang menyebut urusan calon wakil presiden merupakan hak Anies untuk memilih dan mengumumkan. Hal ini juga sesuai dengan perjanjian yang dilakukan ketiga anggota partai koalisi KPP, yakni NasDem, PKS, dan Demokrat.

Lihat Juga :Hasil Survei Terbaru PKB Tembus 3 Besar, Jazilul: Berkat Do'a Para Ulama dan Kerja Keras Seluruh Kader

"Kaitan cawapres semua diserahkan ke capres. Tinggal nanti pak Anies, kita paham cari timing yang tepat untuk mengumumkan siapa yang pantas mendampingi beliau," kata Salim Segaf.

Lagi pula menurut Salim kriteria yang disuguhkan terkait cawapres ini juga sejalan dengan semua keinginan partai koalisi. Kriteria itu antara lain harus nasionalis dan religius, sepakat dengan keinginan Anies selaku capres, dan memiliki peluang besar untuk menang.

"Elektabilitasnya harus bisa mendongkrak suara pasangan (Anies selaku bacapres)," kata dia.

Dia juga menyebut dalam pertemuan antara dirinya dengan Anies pagi ini memang sama sekali tidak membahas soal cawapres. Pertemuan itu murni untuk mendiskusikan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan ke depan.

"Enggak (bahas) semua diserahkan ke Pak Anies," kata dia.

Lihat Juga: Wacana Duet Ganjar-Anies, Pengamat: Demokrat Cenderung Hengkang

Terkait munculnya isu Ganjar-Anies untuk Pilpres 2024 nanti, Salim Segaf menyebut semua anggota partai tetap teguh untuk mengusung Anies sebagai Capres bukan Cawapres.

"Kami di PKS semakin berpegang teguh pada apa yang sudah diputuskan, sangat jelas keputusannya memberi mandat kepada Anies sebagai capres," jelasnya. (ald)


Wacana Duet Ganjar-Anies, Pengamat: Demokrat Cenderung Hengkang

Foto Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan bersama bacapres PDI-P Ganjar Pranowo di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023). (KOMPAS.com)

JAKARTA, MERDEKAPOST.COM  - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai, wacana menduekan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, berpotensi memunculkankan perpecahan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Diketahui, Anies saat ini diusung KPP sebagai bakal calon presiden di Pilpres 2024. 

Menurutnya, jika Anies berduet dengan kompetitornya tersebut, justru berpotensi membuat Partai Demokrat hengkang dari koalisi. Kondisi berbeda, menurutnya, akan terjadi di internal koalisi PDI-P cs, koalisi pengusung Ganjar, yang cenderung lebih solid. 

Baca juga: 

Soal Wacana Duet Ganjar-Anies, Ini Respons NasDem, PKS & Demokrat

"Kecenderungan Demokrat yang bakal hengkang dari kubu perubahan. Dari kubu Ganjar cenderung solid," ucap Adi ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (24/8/2023). 

Meski begitu, ia menilai, hengkangnya parpol dari koalisi tidak akan memberikan dampak signifikan. Sebab, pada saat pilpres yang dipilih adalah sosok, bukan parpol koalisi. Di sisi lain, ia meyakini bahwa Partai Nasdem sebagai partai pertama yang mengusung Anies sebagai bacapres, bersama PKS akan tetap mendukung pencalonan mantan Gubernur DKI Jakarta itu bila berduet dengan Ganjar. Alasannya, Anies diyakini memberikan efek elektoral yang besar bagi Nasdem.  

Baca juga: 

Survei Litbang Kompas: PDIP Unggul, Disusul Gerindra dan PKB 

"Kemungkinan besar PKS juga merapat karena pemilih PKS mayoritas penggemar Anies," kata Adi. Selain itu, ia menambahkan, duet Ganjar-Anies juga akan saling melengkapi kekurangan elektoral wilayah satu dan yang lain. Sebagai contoh, Ganjar memiliki elektoral yang kuat di dua provinsi yang menjadi lumbung suara di Pulau Jawa, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ganjar pun juga memiliki elektoral yang kuat di Pulau Bali, yang notabene merupakan salah satu kandang PDI Perjuangan. 

"Anies kuat di Jabar, Jakarta, Banten, dan lainnya. Jumlah provinsi basis Ganjar dan Anies ini pemilihnya mayoritas," ucapnya. 

Sebelumnya, wacana penggabungan Ganjar-Anies bermula dari Ketua DPP PDI-P Said Abdullah, yang membayangkan penyatuan dua bacapres tersebut pada Pemilu 2024 nantinya. 

Baca juga: 

Survei Litbang Kompas: PKB Tembus 3 Besar, Salip Golkar dan Demokrat

"Apalagi jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan. Tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita ke depan, sama-sama masih muda, cerdas, dan energik," imbuhnya. (*)


SUMBER: KOMPAS.COM | EDITOR: ALDIE PRASETYA 


Soal Wacana Duet Ganjar-Anies, Ini Respons NasDem, PKS & Demokrat

Wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan menuai respons beragam dari Partai Demokrat, PKS, dan NasDem yang tergabung dalam Koalisi Perubahan. (doc/kumparan)

Jakarta, Merdekapost - Wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan menuai respons beragam dari Partai Demokrat, PKS, dan NasDem yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.

Wacana duet Anies-Ganjar mulanya muncul dari Ketua DPP PDIP Said Abdullah yang membayangkan Ganjar bersatu bersama Anies dalam memimpin Indonesia. Said menilai keduanya bisa menjadi sebuah kekuatan lantaran menurutnya mereka sama-sama merepresentasikan sosok calon pemimpin yang cerdas.

Pernyataan tersebut Said lontarkan saat merespons sejumlah hasil lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas Ganjar mulai kembali unggul. Meski demikian, Said mengatakan baik Prabowo dan Anies bukanlah kompetitor yang bisa diremehkan.

Demokrat konsisten dorong Anies

Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Putra Mahendra menyambut baik wacana untuk menduetkan Anies dan Ganjar di Pilpres 2024 mendatang.

Meski demikian Herzaky menegaskan Demokrat saat ini masih dalam posisi mengusung Anies sebagaimana yang telah disepakati di Koalisi Perubahan.

"Saat ini kami Demokrat bersama koalisi perubahan sudah memiliki jalan sendiri," ucap Herzaky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/8).

Ia menyebut Demokrat masih memegang semangat perubahan untuk Indonesia ke depan. Oleh karena itu, Herzaky akan terus memperjuangkan Anies di kontestasi Pilpres 2024.

Namun, dia mengaku tak menutup peluang Anies bisa menemani Ganjar usai Pilpres 2024. Menurutnya, Koalisi Perubahan tak akan menutup pintu setiap kerja sama demi kebaikan negara.

"Hanya saja memang jika saat ini kita belum bersama, mungkin ke depannya. Bagaimanapun kan semangat koalisi perubahan ini ingin berkolaborasi dan sinergi dengan semua elemen bangsa untuk Indonesia yang lebih baik," kata dia.

PKS mau asal Ganjar Cawapres

Berbeda dengan Demokrat, PKS tetap membuka kemungkinan koalisi Anies dan Ganjar saat Pilpres 2024. Namun dengan syarat, Anies tetap menjadi capres di kontestasi politik 2024 mendatang.

"PKS tentu saja partai yang siap berkoalisi dengan partai yang memiliki visi yang sama dan siap mengusung perubahan, asal Anies jadi capres dan Ganjar menjadi wapres, sangat mungkin terjadi," kata Juru Bicara PKS Muhammad Iqbal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (22/8).

Iqbal pun menyadari segala dinamika politik saat ini terutama persoalan koalisi masih sangat dinamis. Namun KPP yang saat ini mengusung Anies menurutnya akan tetap konsisten menjadikan Anies sebagai capres.

Dengan demikian, apabila nantinya PDIP menawarkan proposal untuk meminang Anies sebagai cawapres, Iqbal memastikan KPP akan menolaknya.

"Belum ada pembicaraan [proposal PDIP]. Tapi iya [akan ditolak jika Anies bukan capres]," ujarnya.

Satu suara dengan Iqbal, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid juga menyebut sah-sah saja apabila PDIP memiliki bayangan pasangan Ganjar dan Anies. Namun Hidayat memastikan ketiga partai KPP tetap berkomitmen mengusung Anies sebagai capres.

"PKS tidak tergoda untuk menjadikan Pak Anies hanya sebagai cawapres, kita menginginkan beliau sebagai capres untuk menghadirkan perubahan untuk bisa lebih baik," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8).

NasDem buka pintu

Di sisi lain, Ketua DPP Partai NasDem Effendi Choirie alias Gus Choi tak mempermasalahkan wacana duet tersebut. Ia menyebut bahwa tak ada yang salah dalam bayangan tersebut. Ia juga menegaskan NasDem menghargai semua gagasan dan ide yang positif asal untuk kebaikan bangsa dan negara.

"Membayangkan boleh saja, membayangkan tidak dilarang. NasDem selalu terbuka untuk bergandengan tangan dengan semua pihak untuk kepentingan bangsa. NasDem tidak pernah membatasi gagasan dan komunikasi, tidak menutup diri. NasDem tidak eksklusif," kata Gus Choi dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (23/8).

"Bukan tidak apa-apa, tapi untuk kepentingan republik semua bisa diwacanakan dan dibicarakan," imbuhnya.

NasDem menurutnya terbuka dengan parpol atau pihak siapa saja. Ia pun mengungkit filosofi NasDem dalam berpolitik. Menurutnya dalam berpolitik, berbangsa, dan bernegara, semua orang adalah saudara dan memiliki tanggung jawab yang sama.

"Filosofi NasDem, 'kalau kamu tidak suka jangan berlebihan, siapa tahu suatu saat yang tidak kamu sukai akan menjadi temanmu. Kalau mencintai juga jangan berlebihan, karena siapa tahu suatu saat yang kamu cintai menjadi musuhmu," kata dia.

Baca JugaSurvei Litbang Kompas: PDIP Unggul, Disusul Gerindra dan PKB

Ia kemudian mewanti-wanti agar jangan ada pihak yang merasa paling nasionalis, merasa besar dan otomatis menang. Ia mengatakan fakta sejarah, banyak yang kecil bisa mengalahkan yang besar.

Oleh sebab itu, NasDem menyatakan mereka inklusif, percaya diri, dan selalu terbuka untuk bergandengan tangan dengan semua pihak.

Namun demikian, Gus Choi juga tidak membenarkan bahwa NasDem saat ini tak mempermasalahkan apabila Anies Baswedan menjadi cawapres bagi capres lain.

"Bukan begitu kesimpulannya [rela Anies menjadi cawapres]. Imajinasi orang tidak dilarang," tegas Gus Choi.

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas terbaru, elektabilitas Ganjar berada di angka 24,9 persen, Prabowo Subianto 24,6 persen dan Anies Baswedan 12,7 persen.

Sementara dalam survei Indikator, Ganjar unggul dengan elektabilitas mencapai 35,2 persen. Sedangkan Prabowo di angka 33,2 persen dan Anies 23,9 persen.

Said menyebut PDIP tak merasa jemawa meskipun elektabilitas Ganjar mengungguli Anies dalam sejumlah survei. Ia malah menjadikan hasil survei itu sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki strategi pemenangan Ganjar.

Pun dengan Prabowo dan Ganjar yang saat ini masih bersaing tipis, bahkan dalam beberapa survei Ganjar tertinggal dari Prabowo apabila harus head to head.

( Adz/ CNN)


Airlangga Tegaskan Golkar Tak Akan Dukung Anies di 2024: "Sangat Benar"

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memasuki mobil usai mengikuti rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/7/2023). Foto: ANTARA) 

Merdekapost.com - Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, mengkonfirmasi partai berlambang beringin ini tidak akan mendukung Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024.

Hal ini dikonfirmasi Airlangga usai menghadiri rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (2/8).

"Itu sangat benar (tidak mendukung Anies)," kata Airlangga kepada wartawan.

Jawaban Airlangga ini sekaligus mengkonfirmasi apa yang sudah disampaikan politikus senior Golkar, Jusuf Kalla. 

JK, Menhub Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Anies Baswedan. (doc/kumparan)

"Ya ini saya baca, negosiasi-negosiasi terus, sekarang ini. Saya (rasa) pilihannya sempit, Wapresnya sempit, sempit, Golkar susah ke lagi karena semuanya ke mana-mana sulit Anies karena apa (.....) sulit," kata JK.

Dia pun berpandangan Golkar saat ini hanya memiliki dua pilihan yakni berkoalisi dengan PDIP mendukung Ganjar Pranowo atau dengan Gerindra mengusung Prabowo Subianto.

Lebih jauh, Airlangga ditanya apakah benar Golkar tidak akan mendukung Anies. Ia memastikan Golkar tidak mendukung Anies di 2024.

"Benar," kata Airlangga.

(adz / kumparan.com)

Bursa Cawapres Pilpres 2024: Erick Thohir Makin Berkibar, Dua Tokoh Ini Terlempar

Erick Thohir. (Foto: JPNN.com)

JAKARTA, MERDEKAPOST.COM - Hasil Survei Indo Barometer mengerucutkan lima nama calon wakil presiden (cawapres) paling potensial pada Pilpres 2024. 

Kelimanya yakni Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Puan Maharani, dan Chairul Tanjung. Kelima nama tersebut dinilai memiliki aspek yang paling mungkin memenuhi kriteria bagi para calon presiden (capres) yakni elektabilitas cawapres, dukungan partai politik, logistik atau sumber daya, serta kecocokan pribadi. 

Bursa Cawapres 2024 : Selain Erick Tohir, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Puan Maharani, dan Chairul Tanjung. Kelima nama tersebut dinilai memiliki aspek yang paling mungkin memenuhi kriteria bagi para calon presiden (capres) yakni elektabilitas cawapres

Baca Juga: Said Aqil Tak Masalah Bila Anies Dekati NU Cari Calon wapres

Pengamat politik Fernando Emas menilai perkembangan politik terbaru membuat banyak nama populer sebelumnya terlempar dari bursa cawapres, mulai dari Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Hal itu menunjukkan dinamika politik sudah mulai terfokus pada kandidat yang memungkinkan untuk tampil dalam kontestasi di Pilpres 2024. Menurut Fernando, peluang AHY dipilih oleh bakal calon presiden Anies Baswedan sangat tipis, mengingat adanya tarik menarik kepentingan antara PKS dan Demokrat di internal partai koalisi. Baca Juga: Bagi Demokrat Urusan Cawapres Sudah Tuntas, Anies yang Umumkan Selain itu, dia melihat sosok AHY belum memenuhi standar dan kualifikasi cawapres yang diharapkan Anies. 

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

“Ini kan memang kalau kita lihat AHY hari ini kan selalu berambisi sejak 2019 yang lalu, di mana pada saat itu kan memang baru awal terjun ke politik sudah bermimpi untuk bisa menjadi Cawapres dan kalau kita lihat dari track record beliau pengalaman sangat minim sekali di dalam tata kelola pemerintahan, belum ada pengalamannya,” kata Fernando Emas, Sabtu (25/3).

Fernando mengatakan AHY belum memiliki momentum pada Pilpres 2024 mendatang. 

Dia menyarankan Ketum Demokrat itu perdalam pengalaman di pemerintahan seperti menteri atau minimal jadi anggota legislatif. “Jadi, ini kan sangat beresiko kalau sampai digandeng oleh capres menjadi pasangan 2024 yang akan datang. Justru saya berharap kepada AHY cobalah timba pengalaman dulu misalnya dengan menjadi anggota legislatif atau menjadi menteri dulu, lalu berpikir untuk menjadi cawapres,” ujarnya. 

Atas dasar itu, Fernando menilai wajar jika ada sosok nama lain di luar PKS dan Demokrat yang masuk dalam radar survei Indo Barometer, seperti nama Chairul Tanjung. Apalagi sinyal kebuntuan koalisi terdengar nyaring dengan munculnya Piagam Kerjasama Koalisi Anies Baswedan baru-baru ini. Maka, Fernando melihat kemunculan Chairul Tanjung ini sebagai jalan keluar atas polemik dan kebuntuan pemilihan sosok cawapres Anies setelah PKS sendiri mengusulkan nama lain seperti Ahmad Heryawan alias Aher. 

“Saya melihat ini kan terbentuknya piagam politik ini hanya bentuk formal saja, tetapi dalam kesepakatan-kesepakatan untuk internal belum terwujud seperti tadi itu cawapres," ungkap Fernando. 

Anies dan Ahmad Heryawan Aher (ist)

"Jadi, saya melihat masih juga ada peluang untuk bubarnya koalisi ini karena belum ada kesepakatan mengenai sosok cawapres yang akan diusung. Kalaupun muncul nama Aher Pak Aher ini kan sudah berpengalaman dan akan lebih terbuka sebenarnya ketika Pak Anies berpasangan dengan Pak Aher dibandingkan dengan AHY,” tambahnya

Selain AHY, Direktur Rumah Politik Indonesia itu juga mengomentari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang terlempar dari bursa cawapres. Menurut dia, Ridwan Kamil akan lebih tertarik mengamankan posisinya di pilkada daripada kursi cawapres. Apalagi, sebagai kader Golkar, tentu Ridwan Kamil akan patuh pada keputusan partai yang mengusung Airlangga menjadi calon presiden. 

“Kalau Pak RK saya melihat masih target beliau itu ke gubernur, tetapi pilihan lokasinya kemungkinan berubah, mungkin beliau itu berpindah ke DKI Jakarta,” bebernya. Berbeda dengan AHY dan RK, nama Erick Thohir justru menjadi yang terkuat dalam survei.

Baca juga: Gus Muhaimin Teteskan Air Mata saat Didoakan Ribuan Santri Istana Yatim

Fernando Emas merasa wajar jika hasil survei menempat Erick Thohir sebagai sosok Cawapres yang kuat karena dia (Erick Thohir) didukung oleh pengalaman baik sebagai menteri maupun seorang pebisnis andal. 

“Ini memang kan sejak awal saya melihat ini yang sangat dipertimbangkan. Belum lagi pengalaman beliau dalam bidang ekonomi ini juga sangat dibutuhkan oleh capres yang akan datang. Sebab sangat bagus ketika pemimpin, presiden dan wakil presiden membagi tugas sehingga tidak terkonsen semua di presiden tugas-tugas itu,” paparnya. 

“Jadi, beliau itu menjadi kebutuhan dari negara ini sebenarnya, salah satu yang dibutuhkan oleh negara ini menghadapi tantangan ke depan dan itulah nilai jual beliau yang tidak dimiliki oleh kandidat lainnya,” pungkasnya.

Baca Juga Berita Lainnya: Ini Profil Wali Kota Siantar Susanti Dewayani yang Dimakzulkan DPRD

Sebelumnya, hasil survei terbaru Indo Barometer menunjukkan nama Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) terkuat menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan elektabilitas tertinggi, yakni 22,9%. Angka itu melampaui sejumlah nama lain, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (15,8%), Muhaimin Iskandar (6,7%), Puan Maharani (6,3%), dan Chairul Tanjung (2,7%). 

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, pertimbangannya tidak survei banyak nama karena waktu yang tidak lama, yakni enam bulan menjelang pendaftaran. "Sehingga, kita harus mengerucut kepada nama yang potensi maju sebagai cawapres," kata Qodari. Qodari menyampaikan, peluang Ridwan Kamil telah tertutup sejak bergabung dengan Golkar. Pasalnya, Golkar memprioritaskan Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai capres. 

Baca Juga: Rafael Alun: Saya Hormati Proses Hukum, Tak Ada Niat Kabur ke Luar Negeri

"Apa Ridwan Kamil mau jadi cawapres Airlangga, tidak mungkin karena tidak cukup. Kalau Airlangga tidak capres, tentunya cawapres. Artinya ruang Ridwan Kamil akan kembali tertutup, saya melihat Ridwan masuk Golkar lebih kepada mengamankan tiket Pilkada 2024," ucapnya. Pun dengan AHY, yang menurut Qodari, tidak akan mungkin menjadi pilihan bagi capres Ganjar atau Prabowo.

Qodari menyebut pilihan AHY hanya kepada Anies Baswedan. Namun, Qodari menilai terdapat keraguan dari Anies untuk menggandeng AHY. "Kalau Anies mau dengan AHY, saya kira dari kemarin sudah deklarasi," lanjutnya.

Qodari menyampaikan AHY juga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan Anies yakni variabel mampu menjalankan pemerintahan. Qodari mengatakan hal ini menjadi titik lemah bagi AHY yang keterbatasan dalam pengalaman di pemerintahan.(adz/Sumber: jpnn)

Berita Terpopuler

Copyright © MERDEKAPOST.COM. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs