Daftar Gaji PNS Terbaru Berlaku Januari 2026, Cek Rincian Tiap Golongan

MERDEKAPOST.COM - Gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) terbaru.

Gaji pokok PNS untuk periode Januari 2026 kini secara sah dan resmi diatur dalam PP Nomor 5 Tahun 2024. 

Penetapan aturan ini menandai kepastian mengenai besaran penghasilan yang akan diterima para abdi negara pada 2026.

Lalu, berapa gaji PNS Januari 2026? 

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam PP Nomor 5 Tahun 2024 tersebut, besaran gaji pokok PNS saat ini berada dalam rentang yang cukup luas, yaitu mulai dari Rp1,6 juta hingga mencapai Rp6,3 juta (angka ini merujuk pada gaji pokok terendah Golongan I dan tertinggi Golongan IV).

Baca Juga: Total Korban Meninggal Capai 867 orang Akibat Banjir dan Longsor di Aceh,Sumut dan Sumbar

Namun, perlu diingat bahwa nominal tersebut adalah gaji pokok yang belum termasuk beragam tunjangan lain yang juga berhak diterima.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai struktur penggajian ini, mari kita telusuri nominal gaji PNS berdasarkan masing-masing golongan.

Untuk lebih jelasnya, berikut nominal gaji PNS sesuai golongannya.

Golongan I

Ia: Rp1.685.700 - Rp2.522.600

Ib: Rp1.840.800 - Rp2.670.700

Ic: Rp1.918.700 - Rp2.783.700

Id: Rp1.999.900 - Rp2.901.400

Golongan II

IIa: Rp2.184.000 - Rp3.643.400

IIb: Rp2.385.000 - Rp3.797.500

IIc: Rp2.485.900 - Rp3.958.200

IId: Rp2.591.100 - Rp4.125.600

Golongan III

IIIa: Rp2.785.700 - Rp4.575.200

IIIb: Rp2.903.600 - Rp4.768.800

IIIc: Rp3.026.400 - Rp4.970.500

IIId: Rp3.154.400 - Rp5.180.700

Golongan IV

IVa: Rp3.287.800 - Rp5.399.900

IVb: Rp3.426.900 -Rp5.628.300

IVc: Rp3.571.900 - Rp5.866.400

IVd: Rp3.723.000 - Rp6.114.500

IVe: Rp3.880.400 - Rp6.373.200

Itulah nominal gaji yang akan diterima para PNS di tahun 2026 sesuai dengan golongannya.

Namun bisa jadi, masih ada peluang untuk mengalami kenaikan di tahun depan, ditunggu saja kabar baiknya. (*) 

Inul Daratista Emosi Sampai Mau Lempar Sendal Melihat Kelakuan 2 Menterinya Prabowo Soal Banjir Sumatera

MERDEKAPOST.COM - Pedangdut senior sekaligus pengusaha, Inul Daratista, tak bisa menahan amarahnya terhadap respons dua menteri di kabinet Presiden Prabowo Subianto terkait bencana banjir dahsyat yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera.

Dari sekadar mengelus dada, emosi Inul memuncak hingga melontarkan ancaman bernada geram: "Kudu tak lempar sandal mukamu!"

Reaksi keras istri Adam Suseno ini ia tuangkan terang-terangan melalui unggahan-unggahan di akun media sosialnya, menyoroti pernyataan pejabat yang dinilai minim empati dan aksi politisi yang dianggap hanya sebagai panggung pencitraan.

"Kudu Tak Lempar Sandal Mukamu!" untuk Menteri Raja Juli Antoni

Sasaran utama kemarahan Inul adalah Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang juga merupakan Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni.

Inul Daratista meradang setelah mendengar ucapan Raja Juli Antoni yang menyebut bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai 'momentum baik'. 

Bagi Inul, pernyataan tersebut sungguh menyakiti hati ribuan warga yang sedang berduka dan kehilangan.

"Bikin emosi, gini kok jadi pejabat negara, heran gue. Kudu tak lempar sandal mukamu!" tulis Inul Daratista dengan nada tinggi di Instagram.

Baca juga: 

Total Korban Meninggal Capai 867 orang Akibat Banjir dan Longsor di Aceh,Sumut dan Sumbar

Tak berhenti di situ, pelantun Goyang Ngebor ini bahkan mengaitkan Raja Juli Antoni dengan isu lama, yakni foto lawas sang menteri yang pernah beredar bersama Aziz Wellang, tersangka kasus pembalakan liar yang belakangan kasusnya dihentikan.

"Kebanyakan main domino jadi kendo," sindir Inul dengan pedas.

Menteri Zulkifli Hasan Panggul Beras: "Bapak Lucu deh, Kamera Mana Kamera, Action"

Menteri kedua yang menjadi sorotan tajam Inul adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan. 

Kedatangan Ketua Umum PAN ke lokasi banjir di Padang, Sumatera Barat, yang terekam kamera justru mengundang tawa sekaligus kritik dari Inul.

Dalam video yang viral, Zulkifli Hasan terlihat memanggul sekarung beras sendirian untuk diberikan kepada korban banjir.

Ia juga sempat terekam membersihkan lumpur di rumah warga menggunakan sekop.

Alih-alih bersimpati, Inul Daratista justru menyoroti kehadiran sejumlah anggota TNI yang berdiri di belakang Zulkifli Hasan dengan tangan kosong.

"Padahal ada tentara dibelakang pada tangan kosong, lah bapak sendirian manggul ????. Bapak lucu deh, kamera mana kamera, action ????," tulis Inul, menilai aksi tersebut tak lebih dari sekadar akting di depan kamera.

Emosi Puncak: Inul Hanya Bisa Elus Dada Lihat Maraknya "Pencitraan Full"

Banjir yang melanda Sumatera menjelang akhir November 2025 tidak hanya menyisakan duka, tetapi juga ironi yang membuat Inul Daratista hanya bisa mengelus dada.

Melalui unggahan lain di Instagram pribadinya @inul.d pada Senin (1/12/2025), Inul menumpahkan kekesalannya terhadap fenomena pejabat dan politisi yang memanfaatkan situasi darurat untuk kepentingan diri sendiri dan partai.

Proses evakuasi korban banjir bandang.(Doc.Istimewa)

"Wis mulai banyak yang turun lapangan, tapi pencitraan full. Foto-foto manja sama yang kelaparan sambil nangis-nangis," tulisnya, menyebut bahwa ia sampai tidak bisa berkata-kata melihat orang-orang yang sibuk mencari citra di atas penderitaan orang lain.

Kritik Inul menggarisbawahi bahwa penanganan bencana seharusnya menjadi "pencitraan" positif negara jika dilakukan dengan gesit, bukan hanya sekadar ajang bagi kader atau sosok partai untuk berfoto dan dokumentasi.

"Harusnya langsung action, dan action dari negara yang harus jadi pencitraan kalau penanganannya gesit, bukan sosok-sosok partai yang pada foto-foto. Ampun dah ah!” tutupnya, menegaskan bahwa apa yang ia saksikan hanyalah "Preeetttlah!!!"

Ucapan Menhut Raja Juli Antoni Jadi Sorotan

Sebelumnya, Menhut Raja Juli Antoni menyatakan banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat merupakan momentum yang baik untuk melakukan evaluasi tata kelola hutan.

Menurut Raja Juli Antoni, rangkaian bencana tersebut menunjukkan adanya kesalahan mendasar dalam pengelolaan lingkungan. 

Karena itu, ia menegaskan bahwa kementeriannya akan melakukan introspeksi terhadap seluruh kebijakan yang selama ini dijalankan. 

Baca juga: 

20 Rakit Ditenggelamkan Tim Gabungan, Upaya Berantas Dompeng Emas di Merangin Jambi

"Ini kita mendapatkan momentum yang baik semua mata melihat, semua telinga mendengar yang terjadi di tiga provinsi itu, berharap tidak akan meluas," ucap Raja Juli saat ditemui awak media di Riau, 29 November 2025.

"Ini momentum yang baik untuk evaluasi, intropeksi bahwa ada yang salah nih dalam pengelolaan lingkungan hidup kita,"

"Pak Presiden dalam pidatonya mengatakan penebangan hutan liar yang tidak terkontrol berkontribusi besar terhadap bencana. Jadi kita akan melakukan evaluasi kebijakan,” imbuhnya. 

Dalam kunjungannya ke Riau selama dua hari, ia menekankan pemerintah tidak hanya berhenti pada evaluasi, tetapi juga langsung menyiapkan langkah-langkah konkret. 

Salah satunya dilakukan di Kuantan Singingi, di mana ia menyerahkan Surat Keputusan (SK) Hutan Adat sebagai bentuk penguatan hak masyarakat adat. 

“Masyarakat adat selama ini tersisihkan, padahal mereka adalah kelompok yang paling mampu menjaga hutan. Legalisasi ini memberi mereka ruang untuk berkontribusi,” jelasnya.(Adz)

PB HMI Resmi Tutup SEPIM 2025: Kader Dipersiapkan Sambut Kepemimpinan Indonesia Emas 2045

PB HMI Resmi Tutup SEPIM 2025: Kader Dipersiapkan Sambut Kepemimpinan Indonesia Emas 2045.(adz/mpc)

Jakarta, Merdekapost.com - PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) resmi menutup rangkaian Sekolah Pimpinan (SEPIM) 2025, program kaderisasi tingkat nasional yang berfokus pada peningkatan kapasitas kepemimpinan, kecakapan analisis strategis, serta komitmen pengabdian kader HMI di berbagai sektor. Kegiatan penutupan berlangsung di Jakarta dan dipimpin oleh Ketua Umum PB HMI, Bagas Kurniawan.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh mantan Ketua Umum PB HMI Anas Urbaningrum, Sadam Aljihad dan Arief Rosyid yang memberikan refleksi kepemimpinan sekaligus pesan kebangsaan kepada seluruh peserta.

Tahun ini, SEPIM diikuti oleh puluhan kader terpilih dari berbagai wilayah Indonesia, melalui proses seleksi yang ketat serta kurikulum berbasis pengembangan strategic leadership dan literasi geopolitik yang relevan dengan tantangan masa depan.

Mempersiapkan Pemimpin Muda Indonesia 2045

Dalam sambutannya, Bagas Kurniawan menegaskan bahwa SEPIM merupakan laboratorium lahirnya pemimpin berdaya saing global.

“Kader HMI bukan hanya harus siap memimpin organisasi, tetapi juga tampil sebagai aktor perubahan di sektor publik, privat, sosial, dan intelektual. SEPIM menanamkan mindset pemimpin yang berkarakter, kritis, adaptif, dan berintegritas,” ujar Bagas.

Ia menekankan bahwa dinamika geopolitik, ekonomi digital, dan transformasi sosial saat ini membutuhkan pemimpin muda yang mampu mengembangkan solusi strategis berbasis data serta nilai kebangsaan yang kokoh.

Pesan Kepemimpinan: Konsistensi Nilai & Adaptasi Inovatif

Dalam sesi refleksi kebangsaan, Anas Urbaningrum mengingatkan peserta tentang prinsip kepemimpinan HMI yang tidak boleh terpisah dari nilai keislaman dan keindonesiaan.

“Pemimpin HMI harus memiliki keberanian moral untuk menolak kepentingan sempit dan memprioritaskan agenda besar umat dan bangsa. SEPIM adalah batu pijakan untuk membangun peran itu,” tegas Anas.

Sementara itu, Sadam Aljihad menyampaikan perlunya transformasi organisasi yang mampu menjawab tantangan era disrupsi.

“HMI harus melahirkan generasi problem solver. Tidak cukup hadir di setiap ruang diskusi — kader harus datang membawa solusi,” ujarnya.

Kurikulum Kepemimpinan Modern dan Berbasis Tantangan Global

Program SEPIM 2025 dirancang untuk menghadirkan wawasan strategis melalui materi-materi antara lain:

- Manajemen & strategi

- ⁠kepemimpinan modern

- ⁠Geopolitik, ekonomi global dan kebijakan publik

- ⁠Ekonomi digital & transformasi sosio-teknologis

- ⁠Manajemen gerakan dan advokasi berbasis data

- ⁠Etika kepemimpinan dan prinsip integritas

- ⁠Pendalaman nilai keislaman dan wawasan kebangsaan

Kegiatan berlangsung selama satu pekan, dilengkapi leadership simulation serta mentoring session dengan tokoh nasional, akademisi, dan pemimpin industri.

Estafet Kepemimpinan: Dari Kampus ke Panggung Nasional

Menutup kegiatan, Bagas Kurniawan menegaskan bahwa keberhasilan SEPIM akan dinilai dari kontribusi nyata peserta di masyarakat.

“SEPIM menyiapkan kalian sebagai pemimpin masa depan. Estafet perjuangan kini berada di tangan kita semua untuk Indonesia Emas 2045,” tutup Bagas.

Melalui SEPIM, PB HMI meneguhkan komitmennya untuk terus melahirkan pemimpin progresif yang mampu menjawab tantangan zaman dan menjaga marwah keumatan, kebangsaan, serta intelektualitas yang menjadi identitas HMI.(adz)

Banjir di Aceh Utara Meluas, 3.507 Orang Mengungsi

MERDEKAPOST.COM - Hingga Rabu (26/11/2025), banjir telah merendam 18 dari total 27 kecamatan di Aceh Utara.

Banjir meningkat signifikan dibandingkan awal kejadian yang hanya berdampak pada lima kecamatan. Pemerintah daerah resmi menetapkan status darurat banjir.

Bupati Aceh Utara, Ismail A Jali, menyampaikan bahwa ribuan warga harus mengungsi akibat banjir yang belum menunjukkan tanda mereda.

“Kami mencatat 3.507 pengungsi hingga hari kelima ini.

Ribuan lainnya terdampak banjir namun belum mengungsi. Kami siaga penuh 24 jam,” ungkapnya saat ditemui.

Selain memaksa warga meninggalkan tempat tinggal, banjir juga menimbulkan kerusakan material.

Data Pemerintah Kabupaten Aceh Utara menunjukkan tiga rumah warga rusak berat, 17 rumah rusak sedang, dan enam lainnya mengalami rusak ringan.

Area pertanian dan perikanan turut terdampak, dengan 620 hektar sawah dan 571 hektar tambak terendam air sejak meningkatnya curah hujan pekan ini.

Kerusakan infrastruktur turut memperberat kondisi warga, terutama di wilayah Kecamatan Sawang, di mana satu jembatan putus akibat arus deras Sungai Sawang.

Selain itu, delapan titik tanggul sungai dilaporkan jebol sehingga mempercepat meluapnya air ke permukiman.

Dalam proses evakuasi, seorang karyawan tim penyelamat dilaporkan mengalami kesulitan menjangkau warga terdampak karena tingginya arus air dan minimnya akses.

Bupati Ismail meminta seluruh tim penanganan untuk meningkatkan kewaspadaan.

“Saya minta seluruh petugas evakuasi jaga diri baik-baik. Upayakan terobos banjir demi evakuasi korban.

Jaga keselamatan diri dan korban, kita terus beri maksimal sekuat tenaga untuk korban banjir,” tegas Ismail.

Kebutuhan Alat Berat dan Logistik Mendesak

Pemerintah daerah telah mengerahkan seluruh alat berat yang tersedia untuk memperlancar aliran air dan membuka akses jalur yang tertutup lumpur.

Namun, kebutuhan logistik makanan dan tambahan alat berat disebut sangat mendesak untuk mempercepat penanganan darurat.

Instruksi resmi telah dikeluarkan Bupati kepada jajaran teknis dan layanan publik.

Tenaga kesehatan diminta ditempatkan di lokasi pengungsian untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pada kelompok rentan.

“Fokus penanganan korban banjir untuk ibu hamil, balita, anak, lansia, dan disabilitas,” tambah Ismail.

Selain itu, Dinas PUPR diminta segera mengoperasikan peralatan untuk normalisasi aliran air di area yang mengalami penyumbatan.

Untuk penyaluran bantuan, Dinas Sosial diminta segera mengirim logistik ke titik-titik evakuasi.

Ismail juga menginstruksikan para camat untuk tetap berada di wilayah masing-masing guna mempercepat penyampaian data lapangan.

Ia mengimbau warga yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) agar tetap bersiap menghadapi kemungkinan peningkatan debit air menyusul curah hujan tinggi dan kedangkalan aliran sungai.(RED)

Nurul, Sosok Wanita yang Ikut ke Permukiman SAD, Saat Penjemputan Bilqis

Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Nurul Anggriani Pratiwi (31), perempuan yang berperan dalam penjemputan Bilqis Ramadhany (4), seorang anak Makassar yang diculik Sri Yuliana dan ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam Merangin Jambi.(Adz/Tangkapan layar) 

Nurul: Kami Ikuti Jalur Temenggung SAD Jambi, Kisah Penjemputan Bilqis yang Tak Terungkap

MERANGIN, MERDEKAPOST.COM - Di balik penjemputan Bilqis Ramadhany (4), Balita asal Makassar yang diculik Sri Yuliana dan ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam Merangin Jambi, ada peran Pekerja Sosial Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Nurul Andri Pradiwi (31).

Nurul satu-satunya perempuan yang ikut dalam tim penjemputan anak Bilqis di Taman Nasional Bukit Duabelas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Perempuan berhijab ini menuturkan perjalanan penjemputan Bilqis di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dan angkat bicara terkait berbagai narasi liar yang berkembang di media sosial.

"Kami tidak akan menanggapi hal-hal seperti itu. Fokus kami hanya pada keselamatan anak," ujarnya kepada Tribun Jambi.

Pasca Bilqis Ditemukan, Kasus Hilangnya Kenzi Bocah Asal Bungo Sejak 3 Tahun lalu, Kini Kembali Heboh di Medsos

Polrestabes Makassar Ungkap Kasus Penculikan Anak — Dua Pelaku Diringkus Tim Macan Kincai di Sungai Penuh

Menurut Nurul, perjalanan menuju Bukit Suban dilakukan bersama tiga temenggung, yaitu Temenggung Jhon, Temenggung Roni, dan Temenggung Sikar. 

Mereka menempuh perjalanan sekitar dua jam dengan kondisi jalan gelap dan sempit. 

Bilqis pertama kali ditemukan sekitar pukul 19.00 WIB, sebelum kemudian proses penjemputan dilanjutkan.

"Kami hanya mengikuti jalur temenggung. Gelap sekali, jalannya kecil, dan kami juga kejar waktu karena bensin hampir habis," jelasnya.

Saat dijemput, Bilqis sempat merasa takut karena tidak mengenal petugas dan situasi sekitar yang gelap.

"Dia sempat berpikir saya (Nurul) orang jahat. Wajar, karena kondisi memang gelap dan dia belum kenal kami," kata Nurul.

Di dalam mobil, Nurul kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah memulangkan Bilqis Ramadhany kepada orang tua kandung. 

Setelah mendapat penjelasan bahwa para temenggung yang hadir adalah orang baik, anak tersebut mulai tenang dan akhirnya beristirahat.

Tak Bersedia Komentar Soal Adopsi

Terkait isu adanya uang adopsi Rp 85 juta, Nurul menegaskan hal itu bukan ranah Dinas Sosial.

"Itu kewenangan kepolisian. Kami fokus pada trauma dan keselamatan anak. Soal penyidikan, kami percaya kepada polisi," tegasnya.

Dia mengaku terkejut melihat banyak narasi liar yang berkembang.

"Kami sebenarnya ingin kasus ini tidak terekspose. Kami bekerja ya bekerja saja. Tapi sudah terlanjur tersebar," ujarnya.

Nurul memastikan proses penjemputan dilakukan tanpa paksaan terhadap keluarga angkat tempat Bilqis tinggal bersama Begendang dan Ngerikai. 

Menurutnya, keluarga tersebut bahkan bersikap kooperatif.

"Mereka tidak menahan. Mereka menyerahkan. Hanya saja anaknya yang tidak mau lepas. Jadi kami pelan-pelan, tetap minta izin," jelasnya.

Pencarian dilakukan sejak Jumat sore hingga Sabtu malam, 7-8 November, melibatkan kepolisian, Dinas Sosial, dan perwakilan temenggung. Proses berlanjut hingga Bilqis akhirnya dibawa ke kepolisian.

"Semua bekerja keras," tambahnya.

Berita Lainnya:

BREAKING NEWS: Bilqis Pulang ke Pelukan Keluarga, Begini Suasana Polrestabes Makassar

5 Polisi Makassar Dapat Penghargaan Usai Selamatkan Bilqis dari Jambi dan Tangkap Penculik

Nurul juga menegaskan pekerja sosial memiliki batasan dalam memberikan keterangan terkait Suku Anak Dalam kepada media massa maupun media sosial. 

Nurul mengatakan tidak bisa membeberkan banyak hal karena kode etik.

"Kami tegak lurus. Tidak membela siapa pun. Kami hanya memediasi konflik. Ada hal yang tidak bisa kami sampaikan ke publik," tegasnya.

Luruskan Isu, Temenggung Jhon dari SAD Jambi Bantah Mobil Pajero Dibarter dengan Bilqis

Dia mengatakan baru bertugas di Dinas Sosial sejak Juni 2025, namun telah terbiasa dengan dinamika Suku Anak Dalam karena orang tuanya dulu aktif dalam kegiatan sosial terkait komunitas tersebut.

"Jadi tidak asing lagi. Sekarang jalannya membawa saya bertugas di bidang ini," tuturnya. (*)

Kesimpulan dan Isi Berita:

  • Nurul merupakan pekerja sosial Dinsos Merangin yang berperan penjemputan Bilqis Ramadhany (4), anak Makassar yang diculik Sri Yuliana dan ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam Merangin Jambi.
  • Dia bersama tiga temenggung Suku Anak Dalam, menembus kegelapan beberapa jam saat malam.
  • Dia menerobos Taman Nasional Bukit Duabelas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

(Editor: Aldie Prasetya ||  Sumber: Tribun Jambi)

MK Putuskan: Polisi Aktif Tidak Boleh Isi Jabatan Sipil!

MK Putuskan: Polisi Aktif Tidak Boleh Isi Jabatan Sipil!.(Istimewa)

MERDEKAPOST.COM - Mahkamah Konstitusi (MK) resmi 'mengetok palu' terkait polemik rangkap jabatan aparat Kepolisian. Dalam putusan terbarunya, MK menegaskan polisi aktif dilarang menduduki jabatan sipil.

Putusan ini mengabulkan permohonan para pemohon yang menggugat penjelasan Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.

Dalam amar putusannya yang dibacakan pada hari Kamis (13/11/2025), MK menyatakan frasa "atau tidak berdasarkan penugasan dari Kapolri" dalam penjelasan pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Artinya, penafsiran yang selama ini membuka ruang bagi polisi aktif untuk menduduki jabatan di luar kepolisian (jabatan sipil) tanpa batasan yang jelas, kini resmi ditutup oleh MK.

Menanggapi putusan 'mengejutkan' ini, pihak Mabes Polri langsung angkat bicara. Polri menegaskan akan patuh dan menghormati apapun yang telah diputuskan oleh pengadilan.

"Polisi selalu akan menghormati putusan yang sudah ditetapkan oleh pengadilan," ujar Kadiv Humas Mabes Polri.

Meski begitu, pihak Polri mengaku belum menerima salinan resmi putusan tersebut. Pihaknya masih menunggu hasil resmi untuk dipelajari dan dilaporkan kepada Kapolri.

"Saat ini Polri masih menunggu hasil resminya seperti apa," lanjutnya.

Polri juga menjelaskan bahwa selama ini penugasan anggota di luar lembaga sudah memiliki aturan internal dan kriteria yang jelas, termasuk harus atas izin dari Kapolri.

"Tentunya kalau memang itu sudah diputuskan dan kita sudah mempelajari apa yang sudah diputuskan tersebut, Polri akan selalu menghormati putusan pengadilan," pungkasnya.

Putusan ini ternyata tidak bulat. Dari delapan hakim konstitusi yang mengadili, terdapat dua hakim yang memiliki pendapat berbeda (dissenting opinion), yaitu hakim konstitusi Daniel Yusmic P. Foekh dan hakim konstitusi M. Guntur Hamzah.

Keduanya berpendapat bahwa persoalan ini bukanlah masalah konstitusionalitas norma, melainkan masalah implementasi norma di lapangan. Karena itu, menurut keduanya, permohonan para pemohon seharusnya ditolak.(*)

5 Polisi Makassar Dapat Penghargaan Usai Selamatkan Bilqis dari Jambi dan Tangkap Penculik

5 Polisi dari Polres Makassar mendapat Penghargaan istimewa dari Pemerintah Kota Makassar Usai Selamatkan Bilqis dari Jambi dan Berhasil Tangkap Penculik.(adz/Istimewa)

MERDEKAPOST.COM | MAKASSAR - Kisah sukses penyelamatan dramatis balita Bilqis Ramdhani (4) yang diculik dan ditemukan hingga ke Merangin Jambi, kini berbuah manis. 

Pemerintah Kota Makassar memberikan penghargaan istimewa kepada lima personel Polrestabes Makassar yang menjadi tim kunci di balik pengungkapan kasus cepat yang menyita perhatian publik ini.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-418 Kota Makassar, di Lapangan Karebosi, Minggu (9/11/2025) malam. 

Apresiasi ini menjadi bentuk penghormatan atas dedikasi, kecepatan, dan profesionalisme tim yang bekerja tanpa kenal lelah melintasi pulau demi memulangkan Bilqis dalam keadaan selamat.

"Kami sangat berterima kasih. Kecepatan dan ketanggapan tim kepolisian ini bukan hanya membanggakan institusi, tapi juga menjadi bukti hadirnya negara dan pemerintah dalam memberikan rasa aman bagi masyarakat," tegas Munafri di hadapan publik.

Pencarian Intensif Sejak Laporan Hilang

Tim gabungan yang dipimpin Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Devin Sujana, langsung bergerak intensif setelah orangtua Bilqis melapor ke Polsek Panakukkang pada Senin (3/11/2025). 

Bilqis dilaporkan hilang diculik dari Taman Pakui Sayang, Jl Andi Pangerang Petta Rani, sehari sebelumnya, Minggu (2/11/2025).

Baca juga: 

Polrestabes Makassar Ungkap Kasus Penculikan Anak — Dua Pelaku Diringkus Tim Macan Kincai di Sungai Penuh

Kerja cepat tim berujung pada penangkapan pelaku pertama, Sri Yuliana (30), di Makassar. 

Dari pengakuan SY, terungkap adanya jaringan perdagangan anak. 

Bilqis ternyata telah dijual dari satu tangan ke tangan lain. Awalnya, korban dijual seharga Rp 3,5 juta.

Namun kemudian dijual lagi dengan harga yang sangat tinggi, mencapai Rp 80 juta, kepada kelompok di luar pulau.

Menyisir Jambi, Menangkap 3 Pelaku

Perjalanan tim kepolisian tidak berhenti di Makassar. Dengan petunjuk yang ada, tim harus menempuh perjalanan jauh hingga ke Kabupaten Merangin, Jambi, untuk melacak keberadaan Bilqis. 

Upaya heroik ini berhasil membuahkan hasil: Bilqis ditemukan selamat di kawasan Suku Anak Dalam (SAD), tepatnya di Desa Mentawak, Kecamatan Nalo Tantan.

Di Jambi, polisi menangkap dua tersangka lanjutan, yakni Mery Ana (42) dan Ade Friyanto Syaputera (36), menjadikan total tiga orang yang diciduk dalam kasus ini. 

Berkat kecepatan dan kerja keras tim, Bilqis kini telah kembali berkumpul dengan orangtuanya.

Lima Pahlawan yang Menerima Penghargaan:

 - AKP Hamka, Kanit Jatanras Polrestabes Makassar

 - Iptu Nasrullah, Kanit Reskrim Polsek Panakkukang

 - Ipda Supriadi Gaffar, Kasubnit 2 Jatanras Polrestabes Makassar

 - Bripka Megawan Parante, Anggota Jatanras

 - Briptu Muh Arif, Anggota Jatanras

Penghargaan ini disaksikan langsung oleh Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menjadi pengingat akan dedikasi aparat dalam menjaga keamanan masyarakat.

Terekam CCTV

Misteri dua sosok anak yang terekam dalam kamera pengawas (CCTV) mendampingi pelaku utama penculikan Bilqis Ramdhani (4) akhirnya terkuak.

Pengakuan mengejutkan dari pelaku berinisial SY (30) mengungkapkan bahwa kedua anak tersebut adalah anak kandungnya sendiri.

Dia sengaja dibawa untuk meredam kecurigaan Bilqis saat hendak dibawa kabur.

SY, terduga pelaku pertama yang ditangkap dalam kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) ini, membenarkan rekaman CCTV viral di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Video CCTV yang memperlihatkan dirinya menggandeng Bilqis bersama dua anak berbaju biru.

"Itu dua orang anak saya yang (tertangkap kamera) CCTV," ujar SY kepada polisi usai penangkapan.

Ia menjelaskan, kehadiran kedua anaknya adalah bagian dari taktiknya.

Dengan adanya anak-anak lain, Bilqis diharapkan merasa nyaman dan tidak curiga bahwa dirinya akan menjadi korban penculikan.

"Saya tidak intai, awalnya itu anak (Bilqis) bermain, jadi saya tanya mana mama mu, dia jawab tidak ada, terus saya tanya lagi mana bapak mu, dia cuma geleng-geleng. Tidak ada saya tawarkan, hanya saya bilang, sini mau kau ikut dengan saya," ungkap SY, menceritakan detik-detik saat ia mendekati Bilqis.

Motif Ekonomi dan Janji Adopsi Palsu

SY, yang ditangkap di indekosnya di Jalan Abu Bakar Lambogo, Kecamatan Makassar, pada Kamis (6/11/2025), mengaku nekat menculik dan menjual Bilqis karena himpitan ekonomi.

Baca juga: BREAKING NEWS: Bilqis Pulang ke Pelukan Keluarga, Begini Suasana Polrestabes Makassar

Pengungkapan kasus ini bermula dari perkenalan SY dengan seorang wanita tak dikenal melalui media sosial Facebook.

Wanita tersebut kemudian menawarkan uang sebesar Rp 3 juta jika SY berhasil mendapatkan seorang anak.

"Awalnya dia mau ambil itu anak (Bilqis) untuk dirawat dengan baik. Dia menawarkan uang Rp 3 juta, dia sudah transfer Rp 500.000 ke rekening saya," jelas SY.

SY mengaku mendapatkan informasi bahwa Bilqis hanya akan dibawa ke Jakarta untuk diadopsi oleh keluarga yang tidak memiliki keturunan.

Namun, ia kemudian terkejut saat mengetahui fakta pahit yang sebenarnya.

"Saya tidak tahu bagaimana sampai ke Jambi, itu yang beli orang Jakarta. Dia naik pesawat ke sini, lalu (Bilqis) dibawa sama perempuan orang Jakarta," katanya.

"Dia bawa ke sana saya juga tidak tahu, kalau dia jual kembali sampai ke Jambi saya juga kaget."

Ditemukan Usai Dijual Hingga Rp 80 Juta

Pencarian Bilqis yang sempat dinyatakan hilang selama sepekan akhirnya berakhir bahagia.

Bilqis ditemukan dalam kondisi sehat di kawasan Suku Anak Dalam (SAD), tepatnya di SPE Gading Jaya, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, pada Sabtu (8/11/2025) malam.

Penemuan ini merupakan hasil kerja keras polisi yang mendalami pengakuan para pelaku, yang menyebut Bilqis telah dijual kembali dengan harga fantastis, disinyalir mencapai sekitar Rp 80 juta.

Kasus ini semakin memperkuat dugaan adanya jaringan TPPO yang lebih luas di balik penculikan Bilqis.

Polisi kini terus mendalami kasus ini untuk membongkar seluruh jaringan yang terlibat dalam tindak pidana penjualan anak ini.(ADZ)

Profil 10 Pahlawan Nasional Indonesia 2025: Kyai Hingga Bapak Pembangunan

Presiden Prabowo Subianto hari ini menganugerahi 10 tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional di Istana Kepresidenan, Kota Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).(Doc.Sekretariat Presiden)

Jakarta, Merdekapost.com - Presiden Prabowo Subianto hari ini menganugerahi 10 tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional di Istana Kepresidenan, Kota Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

Di antara sejumlah nama besar dan popular dianugerahi gelar adalah mantan Presiden Soeharo, Gus Dur hingga tokoh buruh Marsinah.

Berikut profil singkat 10 tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan:

1. Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid 

KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur, merupakan Presiden ke-4 Republik Indonesia dan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah bangsa ini. Lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940, Gus Dur berasal dari keluarga besar ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama pertama Indonesia sekaligus cucu pendiri NU, KH. Hasyim Asy'ari. Ibunya, Hj. Sholehah, merupakan putri KH. Bisri Syansuri, pendiri Pesantren Denanyar Jombang.

Sejak kecil, Gus Dur tumbuh di lingkungan yang sarat dengan tradisi pesantren dan nilai-nilai Islam moderat.

Pergaulannya yang luas dengan para tokoh politik dan ulama sejak ayahnya menjabat sebagai menteri membuatnya terbiasa dengan diskusi sosial dan keagamaan sejak usia muda.

Perjalanan hidup Gus Dur tidak selalu mudah. Kecelakaan tragis yang menewaskan ayahnya pada 1953 menjadi titik awal kedewasaannya dalam memaknai tanggung jawab dan kehidupan publik.

Pendidikan Gus Dur mencerminkan perpaduan antara dunia pesantren dan modernitas. Setelah menempuh pendidikan dasar, ia melanjutkan ke SMEP Yogyakarta, sekolah Katolik yang justru membuka wawasannya terhadap pluralisme dan toleransi.

Di sela sekolah, Gus Dur aktif mengaji di Pesantren Krapyak dan berdiskusi dengan para tokoh Muhammadiyah. Dari situ pula kecintaannya pada ilmu, filsafat, dan humor tumbuh. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Pesantren Tegalrejo dan Tambak Beras, tempat ia mulai dikenal sebagai santri yang cerdas, kritis, dan nyentrik.

Pada usia 22 tahun, Gus Dur menunaikan ibadah haji dan kemudian menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo. Namun sistem pendidikan yang tak sesuai ekspektasi membuatnya melanjutkan perjalanan akademik ke Baghdad dan sempat singgah di Belanda serta Kanada.

Di sana, Gus Dur menyerap beragam pemikiran dunia, mulai dari teologi hingga sosialisme. Ia bekerja serabutan untuk bertahan hidup, namun tetap aktif berdiskusi dan membaca karya-karya pemikir dunia seperti Karl Marx, Plato, hingga Imam Al-Ghazali.

Sekembalinya ke Indonesia pada 1971, Gus Dur memilih jalur kebudayaan dan pendidikan sebagai wadah perjuangan.

Ia aktif menulis, mengajar, dan membangun gagasan Islam yang inklusif. Lewat tulisannya seperti Bunga Rampai Pesantren, Gus Dur mendorong modernisasi lembaga pesantren agar tidak hanya menjadi pusat keagamaan, tetapi juga agen pemberdayaan sosial dan politik. Ia menolak pandangan sempit yang mengkotakkan Islam dari kehidupan sosial, dan justru melihat pesantren sebagai kekuatan moral bangsa.

Tahun 1984 menjadi tonggak penting ketika Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Di bawah kepemimpinannya, NU kembali ke Khittah 1926, menegaskan diri sebagai organisasi sosial-keagamaan yang independen dari politik praktis. Di sisi lain, Gus Dur dikenal lantang membela minoritas dan memperjuangkan kebebasan berpendapat. Pemikirannya tentang Islam Nusantara dan pluralisme menjadi fondasi penting bagi wajah Islam moderat Indonesia.

Pasca tumbangnya rezim Soeharto pada 1998, Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dukungan kuat dari poros tengah mengantarkannya terpilih sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia pada 20 Oktober 1999.

H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Sebagai presiden, Gus Dur membawa semangat rekonsiliasi nasional, membebaskan tahanan politik, menghapus diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, dan memulihkan kebebasan pers. Meski masa kepemimpinannya singkat karena pemakzulan politik pada 2001, ia dikenang sebagai simbol demokrasi dan kemanusiaan.

Sebagai sosok yang humoris dan sering disalahpahami, Gus Dur menyimpan ketajaman berpikir yang luar biasa.

Ia memandang agama sebagai sumber etika sosial, bukan alat politik. Dalam banyak gagasannya, ia menekankan pentingnya dialog antaragama, kesetaraan warga negara, dan penghargaan terhadap kemanusiaan. "Gitu aja kok repot," ujarnya suatu kali, bukan sekadar candaan, tetapi filosofi hidup yang mencerminkan kesederhanaan dalam memandang kompleksitas dunia.

Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 di Jakarta, dan dimakamkan di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang. Hingga kini, warisannya tetap hidup, dalam sejarah politik, juga dalam cara bangsa ini memahami makna kebebasan, toleransi, dan kemanusiaan. Bagi banyak orang, Gus Dur adalah Bapak Pluralisme Indonesia yang mengajarkan bahwa kemuliaan manusia jauh melampaui sekat-sekat agama dan ideologi.

2. Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto 

Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Lahir di Desa Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, Soeharto tumbuh dalam keluarga petani sederhana dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Meski berasal dari latar belakang yang jauh dari kemewahan, perjalanan hidupnya bertransformasi luar biasa, dari anak petani menjadi presiden dengan masa jabatan terlama dalam sejarah Republik Indonesia.

Sejak kecil, Soeharto telah akrab dengan kerja keras.

Pendidikan formalnya dimulai di Sekolah Dasar Puluhan, Godean, kemudian berpindah ke Pedes dan Wuryantoro, mengikuti perubahan tempat tinggal keluarganya.

Karena keterbatasan biaya, Soeharto hanya mampu menamatkan SMP Muhammadiyah Yogyakarta sebelum memilih menempuh jalur militer.

Tahun 1940 menjadi titik balik ketika Soeharto diterima di Akademi Militer Magelang (Koning Willem III). Ia dikenal disiplin dan berbakat, hingga terpilih sebagai prajurit teladan di Sekolah Bintara Gombong setahun kemudian. Setelah proklamasi kemerdekaan, Soeharto bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan turut berjuang dalam berbagai operasi militer, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 yang mengukuhkan namanya di dunia militer.

Kariernya terus menanjak. Ia memimpin Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada 1961 dan menjabat Panglima Kostrad pada 1962. Momentum politik datang setelah peristiwa G30S 1965.

H.M Soeharto yang dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. (Doc.Istimewa)

Melalui Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno, Soeharto diberi mandat memulihkan keamanan nasional. Dari situ, langkahnya menuju kursi tertinggi negara terbuka lebar hingga akhirnya dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada 27 Maret 1968.

Selama lebih dari tiga dekade memimpin, Soeharto membawa Indonesia ke era yang dikenal sebagai Orde Baru. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mencapai stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. 

Dia meluncurkan berbagai program besar seperti Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), swasembada beras 1984, serta program Keluarga Berencana (KB) yang diakui dunia. Visi pembangunannya berfokus pada pertanian, industri, dan infrastruktur.

Soeharto juga meninggalkan sejumlah proyek monumental yang masih dikenal hingga kini. Di antaranya pembangunan Jalan Tol Jagorawi sebagai tol pertama di Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai simbol keberagaman budaya, serta Satelit Palapa yang memperkuat jaringan komunikasi nasional. Ia juga memperluas jaringan irigasi dan mendirikan SD Inpres untuk pemerataan pendidikan dasar di seluruh pelosok negeri.

Kepemimpinannya melahirkan banyak capaian, tetapi juga menuai kritik. Pemerintahan Orde Baru dikenal otoriter, dengan pembatasan kebebasan pers dan politik.

Ketika krisis moneter melanda Asia pada 1998, gelombang protes rakyat akhirnya memaksa Soeharto mengundurkan diri, menandai berakhirnya kekuasaan yang telah berjalan lebih dari tiga dekade.

Soeharto wafat pada 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, pada usia 87 tahun. Ia dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski kepemimpinannya meninggalkan jejak kontroversial, warisannya tetap diingat. dari pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi, hingga lahirnya berbagai lembaga dan proyek nasional yang membentuk wajah Indonesia modern. Tak heran, hingga kini ia tetap dikenal dengan sebutan "Bapak Pembangunan".

3. Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja 

Dikenal sebagai Bapak Hukum Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja adalah salah satu sosok paling berpengaruh dalam sejarah hukum dan diplomasi Indonesia. Merupakan seorang juga konseptor besar di balik pengakuan dunia terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan, sebuah tonggak sejarah yang lahir dari pemikiran jernih dan kerja diplomasi panjang di kancah internasional.

Lahir di Batavia (Jakarta) pada 17 Februari 1929, Mochtar berasal dari keluarga terpelajar. Ayahnya, M. Taslim Kusumaatmadja, adalah apoteker ternama asal Sukapura, Jawa Barat, sementara ibunya, Sulmini Soerawisastra, merupakan seorang guru asal Cirebon. Lingkungan keluarga ini menanamkan nilai pendidikan dan intelektualitas yang kelak membentuk karakter Mochtar sebagai cendekiawan hukum berwawasan global.

Mochtar Kusumaatmadja menjadi menteri luar negeri di periode 1978-1988. (@KSPgoid)

Setelah menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1955, Mochtar melanjutkan studi ke Yale Law School, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Laws pada 1958.

Dia kemudian menempuh program doktor di Universitas Padjadjaran (Unpad) pada 1962, serta memperdalam ilmunya lagi di University of Chicago pada 1966. Jalur pendidikan internasional inilah yang mempertemukannya dengan berbagai gagasan modern dalam hukum internasional, termasuk tentang kedaulatan dan yurisdiksi laut.

Karier akademiknya dimulai sejak muda. Pada 1959, Mochtar menjadi dosen di Fakultas Hukum Unpad dan dengan cepat dikenal sebagai pengajar brilian.

Ia diangkat sebagai Guru Besar pada 1970 dan sempat menjabat sebagai Rektor Unpad (1973-1974). Meski masa jabatannya singkat, warisan intelektualnya bagi kampus itu panjang, ia menanamkan tradisi penelitian hukum berbasis analisis empiris dan menekankan pentingnya hukum sebagai instrumen pembangunan nasional.

Kariernya kemudian menanjak ke tingkat pemerintahan. Pada 1974, Presiden Soeharto menunjuk Mochtar sebagai Menteri Kehakiman dalam Kabinet Pembangunan II. Empat tahun kemudian, ia dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri,jabatan yang diembannya selama satu dekade (1978-1988).

Di sinilah reputasi internasionalnya menguat. Mochtar memadukan kepiawaian diplomasi dengan kemampuan konseptual di bidang hukum laut, dan mengartikulasikannya dalam bentuk konsep Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara, yang berakar pada Deklarasi Djuanda (1957), menegaskan bahwa seluruh perairan di antara pulau-pulau Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari kedaulatan nasional.

Konsep ini awalnya ditentang banyak negara, namun melalui perjuangan panjang selama hampir 25 tahun di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mochtar berhasil meyakinkan dunia.

Puncaknya terjadi pada 1982, ketika Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) secara resmi mengakui konsep negara kepulauan (archipelagic state), sebuah kemenangan diplomasi besar yang memperkokoh posisi Indonesia di panggung global.

Selain memperjuangkan hukum laut, Mochtar juga berperan dalam pengembangan hukum nasional. Ia memimpin Sub-Konsorsium Ilmu Hukum (1969-1974) dan ikut menyusun arah Politik Hukum Nasional dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

Pemikirannya menekankan bahwa hukum harus menjadi sarana pembangunan, bukan sekadar sistem aturan. Ia ingin hukum Indonesia tumbuh dari nilai-nilai sosial masyarakatnya, bukan hanya meniru sistem Barat.

Berkat pemikiran progresif ini, Mochtar banyak disebut sebagai perintis pendekatan hukum yang kontekstual dan responsif terhadap dinamika sosial. Sejumlah penelitian penting seperti Survey of Indonesian Economic Law (1970-an) dan Diagnostic Assessment of Legal Development in Indonesia (1996) menunjukkan konsistensinya membangun fondasi hukum nasional yang ilmiah, rasional, dan adaptif.

Pandangan dan karya Mochtar tidak berhenti di dunia akademik. Ia dikenal sebagai diplomat yang humanis, cendekiawan yang tenang, dan pemimpin yang rendah hati. Banyak koleganya di dunia internasional termasuk Prof. Tommy Koh dari National University of Singapore mengakui perannya sebagai sosok yang mengubah wajah hukum modern di Asia Tenggara.

Prof. Mochtar Kusumaatmadja wafat pada 6 Juni 2021 dalam usia 92 tahun. Namun warisan pemikirannya tetap hidup dalam setiap peta batas laut, setiap teks hukum pembangunan, dan setiap kampus hukum di Indonesia.

4. Marsinah

Nama Marsinah selalu muncul setiap kali membahas perjuangan buruh di Indonesia. Ia bukan sekadar pekerja pabrik biasa, melainkan sosok yang berani mengadvokasi hak-hak buruh pada masa Orde Baru-sebuah era ketika suara kritis sering dibungkam.

Marsinah bekerja sebagai buruh di PT Catur Putera Surya (CPS), pabrik pembuat jam di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada 1993, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menandatangani aturan kenaikan upah minimum menjadi Rp2.250, atau naik 20% dari gaji pokok. Pemerintah bahkan menerbitkan surat edaran agar pengusaha mengikuti keputusan tersebut.

Marsinah yang dikenal sebagai Pahlawan Buruh. (google)

Namun, PT CPS menolak menaikkan gaji pokok. Perusahaan bersikeras bahwa kenaikan hanya berlaku pada tunjangan, bukan gaji dasar. Artinya, buruh tidak akan merasakan manfaat penuh, terutama saat tidak bisa masuk kerja karena alasan tertentu.

Marsinah kemudian menggalang aksi mogok massal. Aksi pun pecah. Namun, situasi berubah ketika sejumlah buruh dipanggil ke markas Komando Distrik Militer (Kodim). Pada masa Orde Baru, militer sering turun tangan dalam urusan perburuhan.

Bukannya difasilitasi, para buruh yang dipanggil justru dipaksa menandatangani surat pengunduran diri. Mendengar hal itu, Marsinah berang dan memutuskan mendatangi Kodim untuk mencari kejelasan.

Namun, setelah keputusannya itu, Marsinah justru menghilang.

Ratusan buruh dan petani menggelar aksi unjuk rasa di Gedung DPR RI pada Selasa (24/9/2024). Unjuk rasa ini dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pada 9 Mei 1993, jenazah Marsinah ditemukan di sebuah gubuk di Wilangan, Nganjuk. Hasil autopsi menunjukkan luka parah di tubuhnya: tulang patah, organ dalam rusak, dan tanda-tanda kekerasan seksual. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa ia menjadi korban penyiksaan.

Ilustrasi : perjuangan membela hak hak buruh.(Doc.Istimewa) 

Kasus ini kemudian menyeret sembilan orang ke pengadilan. Namun, pada 1999 Mahkamah Agung membatalkan seluruh vonis karena dianggap tidak cukup bukti. Pelaku sebenarnya tidak pernah terungkap hingga kini.

Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara: Marsini, Marsinah, dan Wijiati. Setelah ibunya meninggal saat ia berusia tiga tahun, Marsinah dibesarkan oleh sang nenek. Sejak kecil ia terbiasa bekerja keras membantu keluarga.

Peristiwa tragis menimpanya saat ia baru berusia 24 tahun. Pembunuhan Marsinah menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang paling menyedot perhatian publik, bahkan hingga ke dunia internasional. Namanya kini menjadi ikon perjuangan buruh, terutama buruh perempuan, melawan ketidakadilan.

5. Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah 

Syekhah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah adalah seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia adalah salah satu tokoh pemikir dan penggerak dari Minangkabau.

Hajjah Rahmah El Yunusiyyah lahir pada 26 Oktober 1900 di Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang. Ia adalah anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus dan Rafia. Keluarganya merupakan penganut Islam yang taat. Ayahnya, Muhammad Yunus al-Khalidiyah bin Imanuddin adalah seorang ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah. Sementara ibunya, Rafia merupakan keturunan ulama pemimpin Perang Padri.

Rahmah sempat menempuh pendidikan di sekolah agama Islam Diniyah School yang didirikan oleh kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy. Sekolah ini mengadopsi kurikulum dan sistem pendidikan modern, seperti menggunakan alat peraga dan perpustakaan.

Hajjah Rahmah El Yunusiyyah. (Dok. masjidraya.sumbarprov.go.id)

Namun, sekolah ini juga mencampur murid laki-laki dan murid perempuan di kelas yang sama, suatu hal baru bagi sekolah agama saat itu. Rahmah merasa tidak puas dengan sistem tersebut, karena ia mengamati banyak perempuan merasa tidak nyaman dalam menggunakan hak belajarnya, khususnya dalam perspektif fiqih. Hal ini membuat Rahmah berinisiatif menemui beberapa ulama Minangkabau untuk mendalami fiqih.

Cita-cita dan kepeduliannya untuk mengangkat hak dan martabat perempuan, mendorong Rahmah untuk menggagas Madrasah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Pada 1 November 1923, Hajjah Rahmah El Yunusiyyah mendirikan Madrasah Diniyah Li al-Banat sebagai bagian dari Diniyah School yang dikhususkan untuk murid perempuan. Sistem pendidikan yang digagas oleh Rahmah tersebut kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar untuk mendirikan fakultas khusus untuk perempuan, yaitu Kulliyatul Banat.

Di samping kontribusinya di bidang pendidikan, Rahmah juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, Rahmah terlibat dalam Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bergerak di bidang sosial, salah satunya dengan mengumpulkan bantuan makanan dan memperjuangkan penutupan rumah bordil di Sumatera Barat. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah juga bergabung dengan Majelis Islam Tinggi Minangkabau.

6. Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo 

Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia juga merupakan ayah dari Kristiani Herrawati, istri dari Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sarwo Edhie Wibowo lahir pada 25 Juli 1927 di Pangenjuru, Purworejo. Ia lahir dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini yang merupakan keluarga PNS yang bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942, Sarwo Edhie pergi ke Surabaya untuk mendaftarkan diri sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sarwo Edhie bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), suatu organisasi militer yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sarwo Edhie Wibowo. (Dok. Sekretariat Presiden)

Sarwo Edhie sempat diangkat menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945-1951) dan Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-1953). Kemudian ia juga ditunjuk menjadi Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (1959-1961), dan Kepala Staf Resimen Pasukan Komando (RPKAD) (1962-1964), dan Komandan RPKAD (1964-1967).

Sarwo Edhie kemudian diangkat menjadi menjadi Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1964. Saat menduduki jabatan tersebut, Sarwo Edhie memiliki peran besar dalam penumpasan pemberontakan Gerakan 30 September (G30S).

Setelah Soeharto diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat pada 16 Oktober 1965, Sarwo Edhie diberi tugas untuk memulihkan keadaan pasca pemberontakan G30S. Sarwo Edhie berperan dalam penumpasan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) di berbagai daerah, terutama Jawa Tengah yang menjadi basis komunis saat itu.

7. Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin 

Sultan Muhammad Salahuddin adalah seorang Sultan Bima XIV yang bertakhta dari 1915 hingga 1951.

Sultan Muhammad Salahuddin lahir di Bima pada 14 Juli 1889. Ia mulai menduduki takhta ketika menggantikan ayahnya pada tahun 1915. Sultan Muhammad Salahuddin merupakan seorang perintis dan aktif di berbagai organisasi yang bergerak di bidang agama, sosial, hingga politik.

Sultan Muhammad Salahuddin. (Dok. Istimewa)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Sultan Muhammad Salahuddin menyatakan kecintaannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bersedia berdiri di belakang pemerintahan Negara Republik Indonesia.

8. Syaikhona Muhammad Kholil 

Syaikhona Muhammad Kholil merupakan salah satu ulama besar asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur.  

Syaikhona Kholil lahir pada Rabu malam Kamis, 9 Safar 1252 H (25 Mei 1835 M) di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Pulau Madura, dari pasangan KH. Abdul Latif dan Nyai Siti Khadijah.

Sosok nya berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara dan dikenal sebagai guru bagi para ulama dan cendekiawa. Atas rekomendasinya, jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) didirikan sebagai wadah untuk mengorganisir dakwah dan pengaruh para kiai di Indonesia.

Syaikhona Muhammad Kholil.(Dok. Istimewa)

Sejak kecil, ia tumbuh dalam keluarga religius yang dikenal luas di kalangan masyarakat Bangkalan.

Sang ayah, KH. Abdul Latif, merupakan seorang ulama besar yang berharap putranya dapat melanjutkan perjuangan leluhurnya, Kanjeng Sunan Gunung Jati, dalam menegakkan syiar Islam di Tanah Jawa.

Bakat istimewa sudah tampak sejak usia muda. Syaikhona Kholil mampu menghafal seribu bait nadzam kitab Alfiyah Ibnu Malik dan cepat menguasai ilmu fikih serta nahwu. Setelah mendapatkan pendidikan dasar dari sang ayah, ia melanjutkan pencarian ilmu ke berbagai pondok pesantren di Madura dan Jawa. Masa ini dikenal sebagai periode pertama dalam perjalanan akademiknya.

Tahap berikutnya disebut periode Makkah, ketika ia memperdalam berbagai cabang ilmu agama di Tanah Suci dan berguru kepada sejumlah ulama besar, di antaranya Syaikh Ali Rahbini.

Pada 1863 M, atas perintah gurunya, Syaikhona Kholil kembali ke tanah air dan mendirikan Pondok Pesantren di Desa Jengkebuan, Bangkalan. Pesantren tersebut berkembang pesat dan menarik santri dari berbagai daerah di Nusantara.

Setelah beberapa tahun, kepemimpinan pesantren diserahkan kepada menantunya, KH. Muntaha (KH. Thoha bin KH. Kaffal), sementara Syaikhona Kholil pindah ke Desa Kademangan (Demangan) untuk melanjutkan kegiatan mengajar dan berdakwah.

Sebagai ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu, terutama nahwu-sharaf, hadis, dan fikih, Syaikhona Kholil dikenal dengan julukan "Syaikh al-Jawiyyin" atau mahaguru para ulama Jawa.

Tercatat sekitar 500.000 santri pernah menimba ilmu darinya, dengan 3.000 di antaranya menjadi pemimpin umat di berbagai wilayah Indonesia.

Selain sebagai pendidik, Syaikhona Kholil dikenal gemar menulis. Ia menyalin kitab Alfiyah Ibnu Malik dan menghasilkan berbagai karya berupa syair serta kisah hikmah bernilai moral tinggi.     

9. Tuan Rondahaim Saragih 

Tuan Rondahaim Saragih Garingging adalah salah satu dari tujuh raja Simalungun yang dikenal gigih menentang penjajahan Belanda pada abad ke-19.

Sebagai pemimpin Kerajaan Raya di wilayah Simalungun, Sumatera Utara, Rondahaim memimpin perlawanan bersenjata selama puluhan tahun dan menjadikan kerajaannya sebagai satu-satunya kerajaan di daerah itu yang tidak pernah ditaklukkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Rondahaim lahir pada tahun 1828 di Juma Simandei, Sinondang, Pamatang Raya, dari pasangan Tuan Jinmahadiam Saragih Garingging bergelar Tuan Huta Dolog dan Puang Ramonta boru Purba Dasuha.

Tuan Rondahaim Saragih. (Dok. Istimewa)

Sejak kecil, ia telah diperkenalkan dengan sistem pemerintahan dan strategi oleh para pamannya yang menjabat sebagai pemangku kerajaan. Ia juga mempelajari bahasa Melayu serta ilmu tata pemerintahan di Kerajaan Padang, tempatnya menimba ilmu pada usia muda.

Ketika berusia 12 tahun, Rondahaim kehilangan ayahnya dan kepemimpinan kerajaan sempat dipegang oleh pamannya, Tuan Murmahata Saragih Garingging, sebelum akhirnya ia naik tahta sebagai Raja Partuanan Raya. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan berkembang menjadi kekuatan politik dan militer besar di Sumatera Timur.

Pada masa kolonial, Rondahaim menjadi simbol perlawanan terhadap ekspansi dan aneksasi Pemerintah Kolonial Belanda. Ia dikenal memimpin ribuan pasukan yang disiplin serta menggunakan strategi perang lokal yang efektif.

Sejumlah pertempuran besar terjadi pada 1887 di Dolok Merawan dan 1889 di Bandar Padang, di mana pasukannya berhasil menghadang invasi militer Belanda. Keteguhannya membuat Kerajaan Raya menjadi satu-satunya kerajaan di Simalungun yang tidak pernah ditaklukkan.

Rondahaim dijuluki masyarakat dan sejarawan sebagai "Napoleon Batak" karena keberanian, kecerdikan, dan kemampuan militernya yang membuat Belanda segan.

Rondahaim bahkan berani menerapkan taktik bumi hangus terhadap perkebunan kolonial yang memperluas penguasaan tanah rakyat. Selama masa pemerintahannya, Rondahaim aktif memperluas wilayah kekuasaan sembari mempertahankan kedaulatan ekonomi masyarakat Simalungun dari intervensi asing.

Memasuki akhir hayat, pasukan Belanda sempat melancarkan serangan besar ke wilayah Bajalinggei pada tahun 1887, namun konflik mereda setelah 1888. Kondisi kesehatannya kemudian menurun akibat luka perang dan tekanan politik berkepanjangan.

Tuan Rondahaim Saragih Garingging wafat pada Juli 1891 di Rumah Bolon Raya, dan dimakamkan di Pematang Raya, Simalungun, di kompleks pemakaman Makam Raja Raya Tuan Rondahaim Saragih Garingging.

10. Almarhum Zainal Abidin Syah dari Provinsi Maluku Utara

Sultan Zainal Abidin Syah adalah tokoh besar dari Maluku Utara yang dikenal sebagai Sultan Tidore terakhir yang juga menjabat sebagai Gubernur Irian Barat pertama setelah Indonesia merdeka.

Zainal Abidin lahir di Soasio, Tidore, pada 5 Agustus 1912, dari pasangan Dano Husain dan Dano Salma. Sejak muda, ia menempuh pendidikan modern di masa kolonial Belanda.

Pendidikan dasarnya ditempuh di Bumiputera HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Ternate pada tahun 1924, lalu melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Batavia dan kemudian ke OSVIA (Opleidingsscholen voor Inlandsche Ambtenaren) di Makassar, sekolah calon pegawai negeri pribumi kolonial Belanda.

Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1934, Zainal Abidin diangkat menjadi Ambtenaar (pejabat asli) dan bertugas sebagai Bestuur dan Hulp-Bestuur (Bupati) di beberapa daerah, seperti Ternate (Maluku Utara), Manokwari, dan Sorong (Papua Barat).

Saat pendudukan Jepang (1942-1945), ia menjabat sebagai Ketua Kehakiman Ternate. Namun, karena dianggap ancaman oleh Jepang sebagai pewaris Kesultanan Tidore, ia ditangkap dan diasingkan ke Jailolo hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Zainal Abidin Syah (Foto:  Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tidore)

Zainal Abidin diangkat menjadi Sultan Tidore pada tahun 1946 di Denpasar, Bali, dan penobatannya dilakukan di Soasio pada Januari 1947. Dalam masa kekuasaannya, ia menjadi tokoh penting yang menentang rencana pembentukan Negara Indonesia Timur yang berpotensi memisahkan wilayah Irian Barat dari Republik Indonesia.

Dalam Konferensi Denpasar 1946, Sultan Zainal Abidin secara tegas menolak pemisahan Irian Barat dan menyatakan bahwa wilayah itu sejak dahulu merupakan bagian dari Kesultanan Tidore.

Sikap tegasnya berlanjut pada Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, ketika ia menolak pasal-pasal yang berpotensi memisahkan Irian Barat dari Indonesia Serikat. Ia menegaskan bahwa Irian Barat adalah bagian sah dari Kesultanan Tidore dan tidak boleh dipisahkan dari wilayah Indonesia.

Pandangan ini menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam diplomasi mempertahankan Papua.

Sebagai wujud perjuangannya, pada 17 Agustus 1956, pemerintah membentuk Provinsi Irian Barat, dengan Sultan Zainal Abidin Syah dilantik sebagai gubernur pertama. Pelantikannya berlangsung di Soasio, Tidore, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 412/RI/1956.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai gubernur pada 1961, Zainal Abidin kemudian diperbantukan di Kementerian Dalam Negeri untuk Operasi Mandala di Makassar, yang bertujuan mempercepat integrasi Irian Barat ke Indonesia. Ia pensiun pada 1963 dan menghabiskan masa tuanya di Tidore, aktif mengurus transmigrasi dan pembangunan desa.

Sultan Zainal Abidin Syah pun wafat pada 4 Juli 1967 di Ambon. Jenazahnya dimakamkan di Taman Bahagia Kapaha, Ambon, sebelum kemudian dipindahkan ke Soasio, Tidore, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.(adz/berbagai sumber)

Copyright © Merdekapost.com. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs