|
HANCUR: Mobil yang dikendarai dokter Dwi yang kecelakaan dikejar-dituduh maling mobil [Foto: Istimewa] |
Jambi - Seorang dokter di Jambi, Dwi Fatimahyen (29) tewas dalam kecelakaan tunggal. Peristiwa ini mencuri perhatian karena sang dokter kecelakaan saat dikejar dan dituduh maling mobil.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Lintas Jambi-Riau, Sekernan, Muaro Jambi, Jumat (29/3/2024) sekitar pukul 23.53 WIB. Video korban dikejar polisi sempat beredar di media sosial.
Berikut ini sederet fakta dalam peristiwa tersebut. Mulai pernyataan dari pihak kepolisian hingga tanggapan dari keluarga korban.
Fakta-fakta Tewasnya Dokter Dwi yang Kecelakaan Dikejar-Dituduh Maling Mobil:
1. Awal Mula Dokter Dwi Dituduh Maling Mobil
Kapolres Muaro Jambi AKBP Wahyu Bram mengatakan sekitar pukul 22.00 WIB, dokter Dwi masuk ke Perumahan Pondok Cipta, Mestong, Muaro Jambi. Saat itu korban mengendarai mobil Daihatsu Ayla dengan kecepatan tinggi.
Karena itu, ada salah seorang warga yang memberikan informasi ke grup kompleks perumahan. Singkatnya, warga pun curiga dan mencoba menghadangnya.
"Jadi, (berawal dari) kecurigaan (warga) aja. Ada orang ngebut di kompleksnya, dia coba berhentikan dan kabur. Jadi prasangka ada suatu kejahatan. Situasi di situ gelap," kata Bram, Selasa (2/4/2024).
"Jadi yang bersangkutan bukan berkunjung atau apa. Hanya 4 menit mutar di sana," sambungnya.
Bram mengatakan saat coba dihadang warga, mobil dokter Dwi melesat cepat. Tanpa pikir panjang, 5 warga dengan 3 motor mengejar dokter tersebut hingga keluar jalan raya.
"Di suatu tempat permukiman yang tenang, ada mobil ngebut kalau ngebut pasti kecepatan tinggi, ya. Satu sisi kok ngebut, kemudian (curiga) jangan-jangan ngapain di sini, karena kejadiannya cepat informasi berkembang sehingga (warga) memutuskan mengejar," jelasnya.
Menurut Bram, kecurigaan itu membuat warga menuduh dokter tersebut mencuri mobil. Sehingga, warga berprasangka pengendara mobil itu merupakan pencuri.
2. Dokter Dwi Dikejar Polisi
Bram mengatakan kejadian berawal saat korban keluar dari Perumahan Pondok Cipta. Warga mengejar korban dengan meneriaki maling. Kemudian sampai di jalan raya, ada petugas kepolisian yang sedang melakukan patroli kamtibmas.
Polisi langsung mengambil tindakan. Polisi mengejar korban karena mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi, ditambah ada tiga motor yang mengejarnya dengan meneriaki maling.
"Saat itu polisi sedang penyekatan di dekat situ. Yang bersangkutan ini dari arah SPN itu ngebut menuju arah Kota Jambi melewati anggota yang sedang tugas sampai ada tiga motor yang mengejar. Satu sisi karena ngebut, tidak mungkin polisi membiarkan saja," kata Bram, Sabtu (30/3/2024).
Bram mengatakan polisi yang mengejar korban menggunakan mobil Polantas dilengkapi sirine. Saat dilakukan pengejaran, mobil korban juga tak mau berhenti. Malah terus menancap gas.
Kejar-kejaran polisi dan korban memakan waktu 1 jam perjalanan. Mulai dari Simpang SPN masuk ke Kota Jambi dan sampai lagi di Sekernan, Muaro Jambi.
3. Dokter Dwi Kecelakaan hingga Tewas
Di Jalan Lintas Jambi-Riau, korban mengalami kecelakaan setelah menghindari pengendara lainnya. Korban menabrak tiang listrik dan ruko.
"Penyebab kecelakaan itu dia menghindari orang sehingga kecelakaan tunggal. Karena kecepatan tinggi, fatalitasnya tinggi. Kalau dilihat lepas kendali," ujarnya.
Korban yang sudah tak sadarkan diri langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun, nyawanya sudah tidak tertolong lagi.
"Dilihat pas di dalam mobil ada banyak kunci dan pisau, tapi korbannya wanita. Sehingga dibawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit," kata Bram.
Bram menyebut pihaknya menyesalkan tindakan korban yang tidak mau berhenti saat diperingati polisi. Padahal, pihaknya mengejar korban dengan mobil patroli yang notabene berstiker lengkap kepolisian.
"Tapi yang kami sesalkan kenapa ketika diminta berhenti tidak mau berhenti. Soalnya kalau ngebut pasti dikejar, karena (pelanggaran) batas kecepatan," jelasnya.
"Kalau dia berhenti kami bisa tanyakan kenapa ngebut ini. Minimal ditilang karena batas kecepatan," sambungnya.
4. Kesaksian Warga di Lokasi Kejadian
Zulkifili, warga RT 9 Sekernan mengatakan saat kejadian pada dirinya berada di dalam rumah. Tiba-tiba terdengar suara benturan keras yang membuatnya keluar rumah dan melihat ada kecelakaan.
"Iya, ada kedengaran anak-anak dua kali tembakan. Pas kejadian itu saya keluar rumah (karena) ada benturan keras dan mobil itu tergeletak di situ sudah rame-rame," kata Zulkifli, Selasa (2/4/2024).
Dia mengatakan saat keluar rumah, terlihat sudah ramai anggota polisi di lokasi bersama dengan sejumlah yang diduga ikut saat mengejar dokter tersebut. Zulkifli mengatakan toko yang ditabrak dokter muda itu adalah milik saudaranya. Akibat kecelakaan itu, dua tiang beton penyangga kios itu hancur ditabrak mobil korban.
Sementara, korban dan mobilnya terpental kurang lebih 5 meter usai menbarak tiang beton toko. Setelah itu, korban terpental ke tanah tepat di samping mobilnya.
"Dia (korban) sendiri terpental di samping itu. Sudah tidak bernyawalah, kalau darah dak ado (tidak ada) keluar," jelasnya.
5. Ayah Dokter Dwi Buka Suara
Ayah dokter Dwi, Pasiman menyesalkan peristiwa yang dialami anaknya. Ia menegaskan mobil yang dikendarai dokter Dwi adalah miliknya.
Ia juga dengan tegas membantah tuduhan warga yang menduga anaknya melakukan pencurian mobil. Hal itu dibuktikan dengan kepemilikan BPKB mobil atas nama Ika Puji Astuti yang merupakan kakak korban.
"Mobil itu mobil saya, memang atas nama dokter Ika (kakak korban). Yang korban ini dokter Dwi Fatimah Yen. Tidak benar maling. Dia dokter. Ada BPKB-nya," kata Pasiman.
Saat kejadian, kata Pasiman, dokter Dwi sempat menghubungi keluarga, cerita dirinya sedang dikejar-kejar. Setelah itu, keluarga sudah tidak mendapat kabar dari korban.
"Dia sempat ketakutan telepon, bilang ada yang ngejar," ujarnya.
Atas kejadian itu, pihak keluarga menuntut kepolisian mengusut kasus ini. Karena tuduhan mencuri tidak benar.
"Pihak berwajib kami minta diusut tuntas baik yang membuat masalah yang neriaki maling, dan bagi yang mencelakakan anak saya sampai jatuh," ujarnya.
6. Cerita Sepupu Dokter Dwi
Sepupu korban, Erwin menceritakan sebelum kejadian dokter Dwi pamit dari rumahnya di Kelurahan Pasir Panjang, Kota Jambi. Korban hendak mencari ruko atau kios untuk usaha klinik kecantikan di kawasan tersebut.
Pada malam harinya, ayah korban menerima telepon dari Dwi. Terdengar Dwi ketakutan dikejar-kejar.
"Ketika dekat SPN, Dwi menelpon bapaknya, Pasiman. Beliau ketakutan saat menelepon orang tuanya. Bicaranya, 'Pak saya takut, saya dibuntuti orang'. Bapaknya menyuruh Dwi ini untuk bergegas ngebut agar terhindar dari orang tersebut," kata Erwin, Senin (1/4/2024).
Korban merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jambi (Unja). Dia anak bungsu dari pasangan Pasiman dan Nani, bertempat tinggal di Pasir Panjang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi.
7. Warga yang Menuduh dokter Dwi Maling Bisa Dipidana?
Bram menerangkan lima orang warga yang menuduh itu tidak bisa serta merta dipidana. Hal ini lantaran kejadian itu telah panjang merambat ke pelanggaran lalu lintas.
Saat dikejar warga hingga ke jalan raya, warga memang melapor ke polisi yang tengah patroli bahwa pengendara mobil itu merupakan pencuri mobil. Atas laporan warga itu disertai dengan dengan kecepatan tinggi mobil saat melintas, membuat polisi mengejar mobil dokter itu.
Namun, Bram mengatakan kejadian itu bisa terunsur pidana jika saat dikejar warga dan tak jauh dari kompleks itu korban langsung mengalami kecelakaan di tempat. Maka, yang menuduh mencuri baru dapat disebut penyebab kecelakaan.
"Pertanggungjawaban atau perbuatan pidana itu harus langsung tidak bisa kalau warga dalam hal ini bertanggung jawab, dengan menyebutkan maling langsung tancap gas. Hal ini bisa dilakukan jika itu terjadi kecelakaan di bagian selatan Kota Jambi (TKP awal diteriaki maling)".
"Ketika tidak lama setelah itu karena ada jarak yang jauh akhirnya warga mundur. Sehingga masuk ke situasi Kota Jambi, masuk situasi Sekernan dan banyak perubahan yang terjadi sehingga terjadi fatalitas tinggi dan kecelakaan," terangnya.
Bram memastikan pihaknya telah memeriksa 5 warga yang mengejar dokter tersebut. Hasilnya, warga hanya salam paham dan tidak ada kepentingan lain seperti modus pencurian dari dokter Dwi.
"Iya (salah paham). Tidak ada kepentingan lain. Kita maklumi itu naluri manusia untuk bertahan dari ancaman," terangnya.
Bram juga menegaskan dan mengakui bahwa korban bukanlah pencuri mobil. Mobil itu memang milik korban. Saat dikejar korban petugas tidak mengetahui bahwa siapa yang ada di dalam mobil itu.
"Untuk menjaga nama almarhum, saya tegaskan lagi bahwa mobil itu memang milik korban," pungkasnya.(*)
[ Editor: Aldie Prasetya || Merdekapost.com ]